Pages

Thursday, January 24, 2013

JANGAN KEMANA-MANA, DI HATIKU SAJA


"Aku punya pertanyaan untukmu.."

Kamu terdiam sejenak sebelum melanjutkan ucapanmu. Aku mengangguk mendengarkan.

".. apa aku pernah bilang kalau kamu terlalu baik untuk menjadi kekasihku?”

"Hmm.."

Aku mengingat-ingat. "Rasanya setiap kali aku meminta kejelasan hubungan kita, kamu pasti selalu mengatakan hal itu."

Kamu tertawa pelan mendengar jawabanku. Perlahan kamu meraih jemariku dan menggenggamnya. 

"Kamu tahu, ternyata selama ini aku salah. Kamu bukan hanya terlalu baik, kamu juga terlalu menerima aku." 

"Tetapi itu semua juga tak cukup untuk membuatmu memilih jalan untuk bersamaku.”

"Percayakah kamu bahwa aku sudah meninggalkannya? Sekarang aku hanya ingin bersamamu.."

"Pergilah.. Jika kata-katamu itu hanya untuk menghiburku saja."

"Aku tak bisa. Aku terlalu mencintaimu.."


Aku tak membalas perkataannya. Airmataku mengalir. Aku selalu lemah di hadapan lelaki ini. Lelaki yang selalu kutunggu datangnya ke pelukanku hingga detik ini. Ia memang selalu datang, namun hanya sebentar untuk kemudian pergi lagi. 

"Pintu hatiku akan selalu terbuka untukmu. Kembalilah kapan pun kamu mau” kataku padanya. 

“Terima kasih, kamulah satu-satunya yang paling kubutuhkan.”

Entah apa yang sudah membuatku memercayainya dan menyerahkan masa depanku seutuhnya di tangannya. Mungkin memang benar aku sudah dibutakan oleh cinta. Namun aku juga sudah teramat lelah dengan perasaan ditinggalkan yang begitu menyakitkan. 

"Kalau begitu berjanjilah, mulai saat ini jangan kemana-mana.. aku tak ingin kehilangan lagi.. Bertahanlah untukku dan cintai aku saja sampai mati.."




#13HariNgeBlogFF day 11

Wednesday, January 23, 2013

BANGUNKAN AKU PUKUL 7


"Jam berapa sekarang?"

"Sudah hampir lewat tengah malam"

Aku mendesah cemas mendengar jawabannya.

"Ada apa?"

Ia meraih tanganku dan menggenggamnya erat. "Kamu tidak akan berubah menjadi Cinderella yang penuh abu kan?"

Aku tertawa kecil mendengar gurauannya. Kecemasanku sedikit berkurang.

"Aku memang bukan Cinderella, tapi jika tidak pulang sekarang besok aku akan terlihat seperti Cinderella yang kumal dan berdebu."

"Untukku kamu tetap cantik dalam situasi apapun .." bisiknya dan seketika meronalah pipi dan telingaku.

"Jadi.. " Ia merangkum wajahku dengan kedua tangannya yang besar dan hangat.

Sejenak kami berpandangan. Membiarkan mata dan hati yang bicara. Setelah itu kubiarkan tubuhku terbenam dalam peluknya,

".. jangan lupa nanti bangunkan aku pukul tujuh."

"Untuk apa? Sudah kubilang, kamu tidak usah repot-repot.."

Ia tersenyum. Lalu membantuku berpakaian. Membereskan segala kekacauan yang kita buat semalaman.

Ia mengantarku sampai ke mobilku.

"Apa pesanku tadi?"

Ia menahanku sebelum aku masuk ke dalam mobil.

"Bangunkan kamu pukul tujuh kan? Aku ga janji ya, karena aku saja belum tentu bangun sepagi itu. Aku masih lelah.."


"Ya sudahlah, aku pasang weker saja. Pokoknya aku tak mau terlambat menjemputmu dari lelaki calon suamimu itu.."

"Kamu serius akan menggagalkan pernikahanku?"

"Tentu saja. Toh pernikahan itu juga bukan keinginanmu kan?"

Jelas tidak. Aku tak pernah mencintai lelaki itu. Seluruh isi kepalaku hanyalah kamu sedari dulu.

"Oke sayang, sampai jumpa beberapa jam lagi.."

Setelah itu kujalankan mobilku meninggalkan rumahnya.




#13HariNgeBlogFF day 10

Monday, January 21, 2013

UNTUK KAMU, APA SIH YANG ENGGAK BOLEH?

Baca cerita sebelumnya di sini

Sejak pertemuanku dengan Dirga saat cuti beberapa hari yang lalu, duniaku seakan kembali berwarna. Dirga tak pernah absen untuk menghubungiku baik lewat telepon maupun BBM. Dirga mengembalikan senyum dan tawaku. Rasanya aku mulai jatuh cinta padanya. Tetapi aku tak mau banyak berharap. Dirga itu lelaki yang baik dan tampan. Mudah baginya untuk memilih wanita sebagai kekasihnya. Karena itu aku tak habis pikir kenapa mantan pacarnya tega meninggalkannya. Ah tapi itu bukan urusanku. Yang penting saat ini Dirga jomblo. Tentunya aku punya kesempatan untuk memenangkan hatinya.

Aku mulai bertanya-tanya, kira-kira apa kesukaan Dirga. Aku ingin memberinya sesuatu saat pertemuan kami selanjutnya. Kami memang belum bertemu lagi sejak dari Bandung itu karena jadwal kerja kami yang padat. Hari ini kebetulan sepulang kantor aku diminta sahabatku untuk menemaninya shopping. Kesempatan ini tentunya tidak aku sia-siakan. Aku mungkin akan membelikan Dirga sebuah kemeja atau kaos. Tiba-tiba handphone-ku berbunyi. Sebuah BBM dari Dirga.

Cie yang lagi ngabisin duit.. Dasar Wanita :p Lagi dimana Al?
Aku tersenyum geli. Ternyata Dirga mengomentari status BBM-ku.

Biarin.. Hehe. Di hatimu, Dirga ;;)

Tak perlu menunggu lama Dirga langsung membalas.

Wah, kalau begitu aku titip rindumu ya Al..
Jawaban Dirga langsung membuat wajahku terasa panas. 
Boleh, berapa banyak?
         Sebanyak buih di lautan..
Tapi Dirga, sayangnya rinduku lebih dari itu..
          Bukan kuantitas yang kuinginkan, tapi kualitas..
Baiklah.. Untuk kamu, apa sih yang enggak boleh?

Dering handphone mengejutkanku. Dirga menelepon. Suara tawanya lebih dulu menyapaku.

"Ternyata kamu bisa gombal juga ya, Al.. Hahaha.."


Aku ikut tertawa. Andai Dirga tahu itu suara hatiku yang sebenarnya. Oke, sepertinya aku harus lebih agresif.

"Oh iya. Dirga, sabtu nanti kamu ada waktu?Temenin aku yuk ke pameran buku.."

"Sabtu ini? Hmm oke, untuk kamu apa sih yang enggak.." Dirga meniru kata-kataku.


Aku tertawa. 

"Aku serius, Al. Aku jadi semangat kalau ketemu kamu."

Pipiku bersemu. 

"Aku ju..."


Tuuuut... Belum selesai aku bicara, layar handphone-ku tiba-tiba gelap. Ah sial, baterainya habis. Biarlah, sekarang aku benar-benar harus shopping. Aku harus tampil memesona di depan Dirga hari Sabtu nanti.





*(mungkin) bersambung

#13HariNgeBlogFF day 8

Sunday, January 20, 2013

CINTAKU MENTOK DI KAMU

Dia datang lagi.

Kali ini tidak melalui sebuah kado cantik, pesan-pesan manis maupun dering telepon yang benar-benar tak kupedulikan lagi.

Saat ini dia-Andre, mantan pacarku- berada di hadapanku. Entah angin apa yang sanggup membangunkannya sepagi itu hingga ia dapat tiba di depan rumahku ketika aku akan mengeluarkan mobilku dari garasi.

"Mau apa lagi?" ketus kataku menyapanya.

Wajahku pun kubuat tak bersahabat. Padahal sesungguhnya aku lemah melihatnya. Perasaan benci, (masih) sayang, rindu beradu dalam isi kepalaku. Setelah beberapa hari yang lalu aku dibuatnya apnue karena memergokinya sedang bermesraan wanita lain. Bukan hanya sekali itu, sebelumnya hampir tiga kali aku melihatnya seperti itu, hanya saja aku mencoba bertahan dan memberinya kesempatan.

Tidak, aku sudah bertekad untuk melupakan dan merelakannya! Aku harus kuat! Kusemangati diriku sendiri.

"Aku mau antar kamu ke kantor.." jawabmu. Matamu tegas memandangku.

Aku heran, mengapa ia masih berani bersikap seolah-olah tak membuat kesalahan besar padaku. Aku menggeleng tegas.
"Aku bawa mobil Ndre.. Makasih untuk tawarannya.." Kubergegas membuka pintu mobilku. Tetapi ia menghalangi.

"Please, Nay..." Ia memohon.

Hatiku mencelos. Haruskah aku mengalah?.

Baiklah, ini yang terakhir. Hatiku memutuskan.

Kupanggil Pak Sardi, supir keluargaku dan kuserahkan kunci mobilku padanya. Lalu kumelenggang ke arah mobil Andre. Dia tampak senang melihatku akhirnya menerima tawarannya.

"Langsung ke kantor ya Ndre.. Aku ga mau mampir-mampir.. Kalau mau ngomong, sekarang aja." kataku saat ia menghidupkan mesin mobil.

Andre hanya tersenyum sambil mengangguk. 

Sepanjang jalan aku diam saja menatap jalan. Andre pun sepertinya bingung untuk memulai pembicaraan. Ia hanya basa-basi menawarkan sarapan lalu selebihnya hanya menyetir saja. Aku kesal sekali melihat sikapnya.

Kubergegas keluar dari mobilnya setiba di parkiran kantor. Andre berteriak memanggilku. Aku tak mempedulikannya dan mempercepat langkahku. 

"Nay, Nay.. " 

Akhirnya ia dapat mensejajari langkahku. Aku berhenti.

"Apa?"

"Dengarkan aku dulu Nay.. Aku ga ada hubungan apa-apa sama perempuan itu. Waktu itu aku.. khilaf, Nay.. Maaf" kata Andre sambil menunduk.

"Oh gitu. Lalu?" Aku berguman tak sabar. 

Andre mengambil tanganku dan menggenggamnya.

"Nay, aku benar-benar menyesal.. Aku mohon kamu maafin salahku.. Tolong Nay, kali ini aku ga akan mengkhianati kamu lagi.. Aku.. janji Nay.. Sungguh."

Ia mencium tanganku. "Aku baru sadar sekarang Nay.. Ternyata cintaku mentok di kamu"

Beginilah curangnya lelaki dan lemahnya hati wanita. Sekejap aku diliputi kebimbangan dibuatnya. Namun akal sehatku cepat menyadarkanku. Kata-katanya memang manis, namun apa bisa dipercaya?. Huh, aku meragukannya. Lelaki seperti Andre ini sekali-kali harus diberi pelajaran.

"Maaf Ndre.." Akhirnya kulepaskan tanganku. Kutatap mata lelaki yang pernah menjadi kebanggaan hidupku itu.

"Nay.. kasih aku kesempatan sekali lagi"

"Pulanglah.. Carilah hati lain yang dapat kau sebut itu rumah.. Tetapi bukan aku.."

Kulihat Bella, sahabatku melambai dari ujung koridor. Aku pun bergegas menghampirinya dan meninggalkan mantan kekasihku itu meratapi penyesalannya.


#13HariNgeBlogFF day 7

BALES KANGENKU, DONG!

Aku mulai jenuh mengucap rindu yang hanya berbalas semu :(
Jleb!

Jantungku serasa berhenti membaca update status twitter Raina, mantan rekan kerjaku. Kenapa kusebut mantan rekan kerja?. Karena sebelumnya kami bekerja di tempat yang sama sebelum ia menerima tawaran pekerjaan yang lebih baik di luar kota. Tadinya ia sempat menolak tawaran itu. Namun mungkin bisa dikatakan karena bujuk rayuku akhirnya ia mau menerimanya. Menurutku, ia punya potensi untuk lebih berkembang lagi di tempat yang baru. Sejak saat itu, kami menjadi dekat dan sering berdiskusi tentang berbagai hal. Raina cerdas dan tidak membosankan untuk diajak berbicara tentang apa saja. Ia dapat mengimbangiku baik saat serius maupun bercanda. Bisa dikatakan kami cocok. Sebagai partner kerja, tentunya. 

Kalau dihitung-hitung, sudah hampir dua minggu kami berpisah. Jujur, aku kehilangan. Sejak ia mengatakan sudah menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada direksi, hatiku mulai terasa sepi. Rasanya menjadi tidak bersemangat kerja karena biasanya ada Raina yang selalu jadi korban kejahilanku. Saat membaca update-an twitter Raina, timbul rasa senang dalam hatiku. Sudah pasti ia rindu padaku. Karena sudah beberapa hari ini aku tidak memedulikan pesan-pesan yang ia kirimkan padaku. Bukan apa-apa, aku sengaja untuk membiasakan dirinya agar tidak terlalu tergantung padaku. Karena aku merasa ia seperti mempercayakan hidupnya padaku. Setiap ada masalah ia selalu curhat padaku. Aku sih senang-senang saja, namun tetap saja aku ini seorang laki-laki, sudah menikah pula. Bukan tak mungkin nantinya aku jadi punya perasaan lebih padanya. Dan Raina, sepertinya sejak menjelang hari perpisahan kami sudah mulai terang-terang menunjukkan jika ia punya perasaan lebih padaku. Aku kege-eran?. Hei, lelaki mantan playboy sepertiku ini sudah hafal perilaku wanita yang jatuh cinta. Aku ingin mencegah Raina hanyut terlalu dalam pada perasaannya padaku. Mungkin ada konspirasi alam juga sehingga akhirnya kami pun berpisah. Raina cantik juga pintar, ia pasti bisa mendapatkan laki-laki yang lebih baik dariku.

Omong-omong soal rindu, aku rindu Raina. Sangat. Seperti kataku tadi, semangat kerjaku seakan menurun tanpa kehadirannya. Kadang aku memimpikannya, membuat saat kuterbangun menjadi merasa bersalah pada istriku. Memang bukan mimpi aneh-aneh, aku hanya memimpikan kebersamaan kami, kekonyolan yang kami buat bersama. Jika memang status twitter itu ditujukan untukku, Raina salah. 

Aku menahan diri untuk tidak mereply statusnya dan mulai menscroll lagi timeline-ku. Namun lagi-lagi update dari Raina yang tertangkap oleh mataku. 

Hei, kamu yang di sana. Balas kangenku, dong! 
Hampir saja aku tertawa terbahak-bahak. Perutku jadi sakit menahan tawa. Kubayangkan wajah Raina yang kusut menunggu balasan pesan-pesannya untukku. Aku menyerah. Rinduku padanya juga tak tertahankan lagi. 

Kukirimkan pesan singkat untuknya.

Miss me? :p
I really miss you and wanna meet you,my sweet sister :)


*baca cerita sebelumnya di sini

#13HariNgeBlogFF day 6

SAMBUNGAN HATI JARAK JAUH


Tatkala hari itu tiba, ku tak ingin melihatmu bersedih. Semoga kenangan ini selalu berada di hati. Pertemuan adalah awal, tapi perpisahan bukanlah akhir. Pada saatnya nanti kita akan bersua kembali..

Aku tak bisa menahan senyum ketika membaca pesan singkat yang kamu kirimkan beberapa hari yang lalu. Padahal sudah kubaca untuk kesekian kalinya, namun tetap saja setiap kata yang tertulis di layar handphone-ku itu seakan menghadirkan beribu kupu-kupu dalam perutku. Dan sekali lagi, aku tersenyum sebelum mematikan handphone-ku.

"Maaf Mba, mohon handphone nya dimatikan dulu karena sebentar lagi pesawat kita akan take off.." 

Seorang pramugari cantik dengan sopan menegurku sambil tersenyum ramah. Aku mengangguk seraya membalas senyumnya. Lalu kupastikan sekali lagi bahwa sabuk pengamanku sudah terpasang. Setelah itu kupejamkan mata dan memohon kepada Tuhan agar melindungiku dan para penumpang burung besi ini selama empat puluh lima menit ke depan.

Menit berikutnya aku larut dalam lamunanku sendiri.

“Is this a good decision?”tanyaku padamu ketika itu.
“Yup. Ini kan untuk masa depan yang lebih baik.”kamu menjawab dengan gaya cuek khasmu. 

Aku menunduk, sesungguhnya bukan itu jawaban yang kuinginkan. Aku ingin sedikit kata-kata darimu yang mengatakan bahwa kamu akan sangat kehilanganku atau kata-kata jangan pergi darimu.

Mungkin aku terlalu banyak berharap,pikirku.

“Tenang.. apapun yang terjadi, aku tetap berada di pihakmu kok. Udah, cepetan kasih surat resign-nya.”kamu tersenyum lalu menepuk bahuku kemudian beranjak pergi.

Aku menghela nafas. Lagi-lagi bukan itu yang kuharapkan.

Suratnya udah aku serahkan dan disetujui..

Kukirimkan pesan singkat untukmu setelah beberapa menit yang lalu aku menghadap direksi untuk menyerahkan surat pengunduran diriku dari perusahaan ini. Tak butuh waktu lama untuk menunggu balasan darimu.

Good.. J

Hanya itu saja. Aku mendesah kecewa. Tiba-tiba lampu di layar handphone-ku kembali menyala.

Jadi sedih..

Balasan kedua darimu hampir membuatku melonjak senang. Setidaknya kamu merasakan sedikit kehilangan. 

Sehari menjelang keberangkatanku, aku mengirim pesan untukmu kalau aku sedih sekali harus pergi meninggalkan semuanya di sini. Dan balasan darimu sangat mengejutkan.

Tatkala hari itu tiba, ku tak ingin melihatmu bersedih. Semoga kenangan ini selalu berada di hati. Pertemuan adalah awal, tapi perpisahan bukanlah akhir. Pada saatnya nanti kita akan bersua kembali..
Air mataku menitik haru. Setelah berpikir sejenak, jemariku dengan lincah merangkai kata-kata untukmu.

Untuk beribu jarak yang tidak dapat ditempuh saat ingin bertemu, Untuk air mata yang mengalir karena menahan rindu, Untuk semua kata terima kasih dan maaf karena aku tak bisa selamanya di sisimu, Untuk semua itu aku ingin katakan bahwa aku bahagia, Karena di antara itu semua ada sebaris ingatan tentang kita yang menguatkanku di kalaku jauh darimu..

Suara pemberitahuan dari pramugari bahwa kami akan segera tiba di tempat tujuan menyadarkan lamunanku. Aku pun kembali memejamkan mata berdoa semoga burung besi ini dapat mendarat dengan sempurna.

***

Semula aku dan kamu bekerja di tempat yang sama dan ditempatkan di ruangan yang sama pula. Kubikelku bersebelahan denganmu. Beberapa bulan lalu aku mendapat tawaran pekerjaan di luar daerah yang lebih baik. Aku bingung, di satu sisi aku sudah nyaman di tempat yang lama namun tawaran yang baru sangat sayang jika dilepas. Selain itu aku takut sekali jika direksi tidak menyetujui alasan pengunduran diriku. Di saat kebingungan itu aku bercerita padamu yang lebih senior dan telah berpengalaman kerja lebih lama dariku. Dari situlah kita menjadi sering ngobrol dan menjadi dekat.

Kamu sudah sampai? Bagaimana di sana? Semoga menyenangkan ya J

Pesan darimu kuterima ketika aku sedang menata barang-barangku di hotel. Cepat-cepat aku membalasnya.

Aku sudah di hotel, lagi beres-beres nih. Di sini sepi, soalnya ga ada kamu. hehe

Tak berapa lama pesanku terkirim, tiba-tiba kamu menelepon. Padahal yang aku tahu, kamu lebih senang bersms ria daripada menelepon.

"Katanya kamu kesepian kan.. Jadi aku temenin nih. Mumpung lagi ga sibuk" katamu.

Dan begitulah aku mendengarkan celotehanmu sambil membereskan barang-barang bawaanku. Rasa sepi di hatiku pun sirna seketika.

***

Beberapa hari sudah aku tak bertemu denganmu, juga kita tak saling berkirim kabar. Aku pernah sekali dua kali mengirim pesan yang cukup panjang padamu, namun tak ada balasan darimu. Aku berpikir mungkin pekerjaan kamu saat ini sedang banyak sekali. Lagipula aku bukan siapa-siapanya kamu, jadi aku tak punya hak menuntutmu macam-macam. Aku hanya salah seorang rekan kerjamu yang- oke, aku mengakuinya sekarang- menyukaimu.

Ya, aku menyukaimu diam-diam tanpa kautahu. Tapi mungkin juga kamu mengetahuinya hanya saja kamu pura-pura untuk menjaga perasaanku. Kamu adalah salah satu mimpiku yang tak mungkin terwujud. Sebuah cincin telah melingkar di jari manismu. Karena itu aku tahu diri. Tapi tak mengapa, aku cukup ikhlas untuk memendam perasaan sukaku sendiri, termasuk rasa rinduku.

Namun kali ini, mungkin karena suntuk dengan pekerjaanku yang baru. Stres karena tekanan harus cepat beradaptasi, aku benar-benar ingin bertemu kamu.

.. Dan ternyata kita benar-benar bertemu..

..Dalam mimpiku.. 

Ya, tanpa sadar aku tertidur di sela-sela pekerjaanku yang melelahkan. Yang paling memalukan adalah aku mengigau dengan meneriakkan namamu. Teman-teman baruku sampai menertawakanku. Saking suntuknya aku pun curhat dengan mengupdate status twitter-ku dengan emot sedih. Tuhan, seandainya saja mimpiku tadi menjadi nyata.

Handphone-ku berbunyi. Satu pesan kuterima. Sebaris kalimat muncul di situ dan seperti magic juga melengkungkan senyum di bibirku.

Miss me? :p

Dari kamu. 

Sebaris kalimat muncul lagi di bawahnya.

I really miss you and wanna meet you

My sweet sister :)

Aku tak bisa lagi menahan airmataku. Ternyata kamu pun merasakan apa yang kurasa saat ini. Tak mengapa walau kamu hanya menganggapku sebagai adikmu yang manis. 

Tuhan terima kasih telah menyambungkan hati kami..


*(mungkin) bersambung*

#13HariNgeBlogFF day 5

Wednesday, January 16, 2013

TERUNTUK KAMU YANG TAK MUNGKIN KUMILIKI




Dear kamu,
Seandainya saja bisa,
Aku berharap tak akan pernah bertemu denganmu..
Supaya aku tak akan pernah menginginkanmu, juga memikirkanmu dalam anganku,
Supaya aku tak memimpikanmu di setiap malamku,
Supaya aku tak selalu mencari-carimu ketika aku merindu,
Supaya aku tak memiliki alasan untuk mencintaimu,
kemudian terpuruk ketika akhirnya waktu tak izinkan kita bersatu..
Tetapi…,
Jika aku benar-benar tak pernah bertemu denganmu,
Mungkin aku tak akan pernah tahu seperti
apa rasanya ketika..
Menatap senyummu yang menyejukkan kalbu,
Menyandarkan lelahku di bahumu,
Menertawakan kekonyolan yang kita buat bersama,
Menikmati waktu yang bergulir tanpa terasa..
Mungkin aku juga tak akan pernah tahu seperti apa rasanya sungguh-sungguh mencintai
kamu..
yang diam-diam selalu kusebut di antara bait doaku,
kamu..
yang diam-diam menumbuhkan cinta di hati,
kamu..
yang tanpa diminta telah mengobati luka hati,
kamu..
yang tak akan mungkin dapat kumiliki..

Tuesday, January 15, 2013

ORANG KETIGA PERTAMA


Semestinya aku tahu. Ketika bertemu lagi dengannya banyak perubahan yang terjadi. Sikapnya padaku tak seperti dulu lagi. Mungkin benar jika jarak dapat mengubah segalanya. Sekarang aku jadi tidak percaya lagi dengan kata-kata jika hati dua manusia sudah terpaut cinta, terpisah jarak pun tak akan jadi masalah. Jelas aku cinta padanya, dan aku yakin ia pun mencintaiku.

Kuaduk-aduk kopiku sampai menimbulkan denting antara sendok dan cangkirnya. Berharap ia yang berada di hadapanku ini menoleh padaku. Ya, sedari tadi kami duduk berhadapan dalam diam. Padahal kami sudah sebulan tidak bertemu. Dulu terpisah satu hari saja selalu ada cerita di pertemuan kami hari berikutnya.

"Ehem"
Aku sengaja berdehem keras-keras. Mengingatkannya bahwa ada aku bersamanya.

"Kamu batuk ya?Udah minum obat belum?"
Sambil berkata seperti itu ia hanya menoleh sekilas padaku. Sementara mata dan jemarinya tak lepas dari blackberry dan juga tab yang kutahu baru saja ia beli beberapa bulan lalu

Ya, sejak saat itu jika bertemu ia seperti orang lain bagiku. Asyik dengan dunianya sendiri. Kadang ia senyum-senyum bahkan tertawa sendiri pada gadget-nya itu.

Aku mendengus kesal. Ternyata memang benar gadget yang semakin canggih dapat menjauhkan yang dekat namun juga bisa mendekatkan yang jauh. Seperti percintaanku saat ini. Memang gadget juga mempermudah komunikasi kami di saat kami berjauhan. Namun gadget juga menjadi orang ketiga pertama dalam hubungan kami.

Kali ini ia tertawa terbahak-bahak, entah apa yang ia tertawakan. Aku mengelus dada mencoba bersabar. Rasanya beberapa saat lagi aku harus berusaha menyita sementara gadget-gadget itu dari tangan kekasihku agar ia melihat hanya padaku lagi.



#13HariNgeBlogFF day 3

PUKUL DUA DINI HARI

Aku mengendap-endap keluar dari kamar. Lampu ruang tengah sudah dimatikan, namun sinar bulan yang menembus dari kisi-kisi jendela membantuku untuk tidak menabrak barang-barang. Setengah berlari tanpa suara aku berusaha mencapai pintu depan.
Aku menghela nafas lega setelah tiba di halaman. Jantungku masih berdebar kencang. Udara dingin dini hari tak kurasakan karena tubuhku basah oleh keringat.
Jadi begini rasanya, pikirku.
Sekarang aku harus lekas pergi dari sini. Ada yang menungguku sebelum pukul dua dini hari. Lagipula jika aku berlama-lama di sini khawatir akan ada yang melihatku.
Beruntung aku tiba di tempat perjanjian tepat waktu.  Yang menungguku pun sudah menampakkan wajah tak sabar ketika melihatku datang. Segera kuhampiri dia.
"Maaf, hanya dapat segini Bos.." kataku sambil menyerahkan sejumlah uang juga sebuah cincin emas dari kantong celanaku.
Dia yang kupanggil Bos itu tersenyum puas.
"Bagus.. Tak apa lah.. Untuk tuyul pemula sepertimu masih kumaklumi. Banyak belajarlah dari teman-temanmu yang lain. Besok targetmu harus lebih dari ini.."


#13HariNgeBlogFF day 2 

Sunday, January 13, 2013

MY AMAZING LIFE (PART 3)

Assalamuaikum..

Lanjut lagi yaa ceritanya :)

Jadi setelah tanda tangan kontrak kemudian saya diajak berkeliling RS oleh pihak SDM. Kesan pertama, saya nyaman dengan lingkungan RS ini. Masih sepi, teduh, sejuk, dan islami. Saya dikenalkan dengan semua pegawai dari cleaning service, perawat, IT sampai satpam. Satu hal yang membuat saya agak lega. Ruangan rawat inapnya kecil, cuma untuk 8 pasien. Hore! Berarti pasiennya ga banyak. Di rawat inap (ranap) saya bertemu dengan salah seorang kakak yang interview dan psikotestnya bareng sama saya. Wah ternyata dia udah diterima lebih dulu. Katanya beberapa hari setelah psikotes ia langsung ditelepon pihak RS. Jadi dia sudah hampir sebulan kerja di RS.

Akhir dari touring RS saya dan SDM adalah IGD. Saya takjub! IGD-nya sepi ga ada pasien!!! aakk saya maulah jaga kalau begini hehe.. Di IGD saya dipertemukan dengan dokter-dokter umum yang sudah bekerja lebih dulu dari saya. Ada dr. Harry yang saat itu sedang jaga IGD, dr. Dini, dan dr. Agung. Selain itu datang juga dokter direksi yang tempo hari menginterview saya dan dr. Jumpa, koordinator dokter-dokter umum. Lalu terakhir dr. Wina yang tadi saya temui di ranap. Total dokter umum sebenarnya ada 7, ditambah saya jadi 8. Yang dua lagi saat itu sedang tidak ada di tempat. Setelah perkenalan diri ternyata saya yang paling muda di antara mereka. Saat mendengar almamater saya mereka berkata salah satu dokter yang tidak hadir saat itu satu almamater dengan saya. Namun saya tidak pernah mendengar namanya sebelumnya, wajar mungkin karena angkatannya jauh di atas saya. Saya diberitahu bahwa mulai aktif di RS hari senin depan dan langsung jaga di ranap. Karena minggu ini saya ada jadwal untuk mengikuti pelatihan ACLS. Setelah bertukar cerita lalu saya mengikuti dr. Agung ke ranap pria. Saya butuh persiapan untuk senin depan tentang apa-apa saja yang harus saya pelajari dan lakukan. Untunglah dr. Agung menjelaskan dengan sangat jelas jadi saya sedikit tenang untuk menghadapi hari senin depan. Partner saya di ranap wanita adalah dr. Wina. Syukurlah karena saya sudah pernah bertemu dengan dia sebelumnya jadi lebih akrab dengan dia daripada yang lain.

Setelah itu saya memutuskan untuk melihat-lihat ke Poli umum sebelum pulang. Di Poli umum ada dr. Dini. Ketika saya datang dia langsung menawarkan saya untuk jaga poli bersamanya. Waahh saya belum siap.. Jadi saya cepat-cepat permisi pulang. Hahaha..

RS ini letaknya sangat jauh dari rumah saya. Dari Bekasi pinggiran terus harus ke Bogor lebih dikit. Saya juga belum tau harus naik kendaraan apa. Sebenarnya saat interview tempo hari saya ditanya nanti gimana transportasinya kalau diterima. Saya bilang ya bisa naik bis atau ntar ngekost. Haha padahal itu asal nyeplos saja. Pulang dari rs ini dengan pedenya saya naik bis semacam metromini ke arah bogor, namanya Pusaka. Pokoknya saya harus sampai di terminal kampung rambutan. Di dalam bis saya bertanya dengan orang di samping saya naik apa kalau mau ke kampung rambutan. Katanya kalau ke terminal lama nunggunya mendingan turun di jalan baru tunggu bis yang lewat di situ. Saya pun mengikuti saran orang tersebut. Namun astagaaa selain ongkosnya mahal untuk ukuran bis semacam metromini juga lama sekali sampainya. Tiga jam lebih saya habiskan di jalan. Itu baru sampai di terminal kampung rambutan, belum sampai di rumah. Saya jadi berpikir bagaimana nanti saat mulai kerja, bisa remuk badan ini gara-gara tua di jalan. Apa ngekost saja ya, kebetulan adik saya juga sedang koass di Bogor. Tapi kata ayah bunda, kan belum dijalanin. Siapa tahu nanti saya menemukan rute yang cepat untuk sampai di rumah.

Hari-hari menjelang masuk rs terasa begitu cepat. Apalagi karena weekend saya harus ACLS jadi saya tidak ada waktu untuk mempersiapkan diri. Hari minggu malam saya uring-uringan. Ga tenang, ga bisa tidur. Rasanya ingin kabur saja. Malam pun berlalu dengan cepat dan tibalah hari yang paling tidak saya tunggu-tunggu.

Hari pertama bekerja di RS...


to be continued . . .

MY AMAZING LIFE (PART 2)

Assalamualaikum..

Masih mau baca cerita tentang apa yang terjadi dalam hidup saya sekitar tiga bulan lalu? hehe berasa kayak orang penting gitu.. Kali ini saya mau cerita tentang pengalaman kerja pertama saya di klinik kecantikan yang pusatnya di daerah Jakarta Timur dan telah memiliki banyak cabang dari Bekasi sampai Bintaro.

Hari pertama saya sangat bersemangat. Saya berangkat lebih awal karena saya agak lupa patokan belok tempat menuju klinik tersebut dan saya juga belum tahu harus naik angkutan nomor berapa. Saya sampai berganti angkutan tiga kali. Untunglah tidak sampai terlambat. Jam prakteknya mulai jam satu siang sampai sembilan malam (tergantung seselesainya tindakan sih sebenernya.. rekor pernah pulang dari klinik lewat dari jam 10 malam). Karena masih training jadi selama minggu pertama saya dan kakak senior yang diwawancara bareng saya hanya diperbolehkan melihat-lihat saja tindakan yang dilakukan oleh dokter senior yang sudah praktek tetap di situ dan juga dokter pemilik klinik. Kakak senior itu sebelumnya sudah pernah kursus kecantikan jadi dia sedikit banyak sudah tahu beberapa tindakan dan ilmunya. Beda dengan saya yang benar-benar masuk dengan otak kosong dan harus mempelajari tindakan yang tidak pernah saya dapat selama masa koass, kalau ilmu tentang kulit alhamdulillah saya masih ingat beberapa hehe..

Selama seminggu itu otak saya harus mengingat dengan cepat SOAP, tentang jenis-jenis peeling, microdermabrasi, dan lain-lain. Saya banyak bertanya dengan teman saya yang sudah minggu terakhir training, kakak senior dan dokter senior yang kebetulan satu almamater juga. Kata teman saya, kita ditraining selama sebulan lebih setelah itu ujian dulu sebelum dikontrak menjadi dokter tetap. Waduh ternyata sudah jadi dokter pun tidak lepas dari ujian yaa..

Kesan saya selama training di klinik kecantikan ini hmm kerjanya santai sih sebenarnya, tapi juga tegang. Kenapa? Karena kita bekerja pada orang, jadi seperti diawasi. Tapi kata teman saya, kalau kita ditempatkan di cabang kerjanya enak dan santai. Perawat-perawatnya juga bersahabat dengan kita. Enjoy-kah saya di klinik ini? Enjoy kok, saya mulai menikmati apalagi saya sudah mulai hapal jalur angkotnya sehingga tidak harus ganti berkali-kali juga sudah mulai akrab dengan perawat-perawatnya. Saya juga sudah mulai diberi kepercayaan untuk menerima pasien baru, peeling pasien, dan mengerjakan tindakan yang sederhana. Hanya saja orang tua saya kurang setuju saya bekerja di klinik kecantikan. Mereka berpikir kalau sekarang hanya kerja di salon (mereka menyebutnya begitu) ngapain dulu sekolah dokter mahal-mahal?. Sekolah aja yang murah lalu kursus kecantikan. Mereka sangat mengharapkan saya bekerja di rumah sakit atau yang mengabdi untuk orang-orang tidak mampu. Karena saya masih muda dan fresh graduated, masih harus mencari banyak pengalaman. Hal itu sempat menjadi dilema bagi saya. Saya berdoa semoga saya lekas mendapat pekerjaan seperti yang orang tua saya harapkan.

Sampai suatu hari, di minggu ketiga.. Saya ingat betul itu hari senin di pertengahan Oktober 2012 lalu. Saya menerima telepon dari nomor yang tidak saya kenal namun awal nomornya kode wilayah Bogor. Hati saya mulai dag dig dug, jangan-jangan dari rumah sakit yang dulu pernah menginterview saya. Benar saja, setelah hampir sebulan tidak ada kabar berita saya diterima atau tidak akhirnya pihak SDM RS mengabari saya untuk tanda tangan kontrak besok. Saya gemetaran, panik. Di satu sisi saya senang karena saya dalam hati saya memang ingin resign, di sisi lain saya belum siap untuk bekerja di RS!. Saya pun meminta waktu untuk menelepon orang tua pada SDM itu. Langsung saja saya menelepon ayah dan bunda. Sesuai dugaan, mereka senang sekali. Apalagi mendengar saya sebenarnya juga mau resign dari klinik. Akhirnya tanpa pikir lagi saya putuskan untuk resign hari itu juga yang tentu saja mengejutkan pemilik klinik dan juga perawat-perawat. Saya hampir menangis saat berpisah dengan mereka dan juga dokter dan kakak senior. Tapi mereka mengerti alasan saya sehingga mendukung saya. Saya pun sangat berterimakasih atas kesempatan dan ilmu yang mereka berikan kepada saya.

Lalu..

Galaulah saya setelah itu. Galau karena kok bisa secepat itu saya membuat keputusan. Padahal saya tau kemampuan saya, saya benar-benar belum siap untuk masuk RS. Ketakutan kembali membayangi saya. Tapi saya sudah tidak bisa mengelak karena besok tanda tangan kontrak dengan RS. Singkat cerita, esoknya saya pun datang ke RS diantar ayah dan bunda. Saya hanya mengucap bismillah saat menandatangani surat kontrak kerja, semoga ini keputusan yang benar. Walaupun saya ga siap, tapi jika orang tua ridho, insya Allah semuanya lancar. Amin...


to be continued . . .




KENALAN, YUK!


Ini sudah ketujuh kalinya aku melirik wanita di sampingku. Bukan, bukan di sampingku sebenarnya. Karena kami terpisahkan oleh sebuah kaca transparan dan dia tepat berada di balik kaca itu duduk menyilang kaki. Tangannya tak lepas dari tab keluaran terbaru. Sesekali ia menyeruput kopi yang dipesannya. Dari tempatku berada ini aku hanya bisa menilai sosoknya dari samping. Rambutnya sebahu ikal kecoklatan, hidungnya mancung, bibirnya tersapu lipstik tipis, dan pipinya mulus tanpa kerut maupun jerawat dan flek. Cantik, ya wanita ini pasti luar biasa cantik. Kusebut ia si cantik saja sampai kutahu namanya nanti. Pastinya bukan hanya aku yang berusaha mencuri pandang ke arahnya. Kulihat beberapa lelaki pengunjung cafe ini juga berusaha menarik perhatian si cantik dengan cara-cara ekstrim. Ada yang dengan sengaja menyenggol mejanya, bahkan ada yang berani duduk begitu saja di hadapannya. Namun sepertinya si cantik sedang menunggu seseorang jadi dia menolak dengan halus. Setidaknya itu yang kubaca dari gerak bibirnya.

Sebenarnya aku bisa saja pindah meja ke ruangan sebelah yang sama dengannya. Tetapi aku juga sedang menunggu seseorang dan tentu saja aku tak bisa lepas dari rokok yang selalu kuhisap jika jenuh seperti ini.

Si cantik kini melihat jam tangannya lalu matanya memandang sekeliling dan .. mata kami pun bertemu. Wajahku pias bersemu. Dadaku berdebar kencang. Benar dugaanku, ia benar-benar cantik. Tak kalah dengan artis-artis yang muncul di televisi. Ia tersenyum padaku sekilas kemudian berpaling lagi pada tab nya sebelum kusempat membalas senyumannya.

Orang yang kutunggu terlambat lima menit dari waktu perjanjian. Sepertinya tak masalah jika saat ini juga aku menghampiri si cantik dan mungkin mengajaknya berkenalan. Hanya kenalan saja, tidak lebih. Daripada tidurku malam ini tidak tenang dihantui rasa penasaran.

Langkahku sudah sampai di pintu kaca yang membatasi aku dan si cantik sampai kudengar seseorang memanggil namaku.

"Mas Wira.."
Lelaki yang kutunggu sedari tadi akhirnya datang juga. Ia memelukku erat.

"Aku kangen banget sayangku.. Kamu cantik sekali hari ini.."
Aku tersenyum mendengar pujiannya.

"Jadi sudah siap kan ketemu mamaku? Katanya ia juga sudah menunggu di cafe ini.. mana yaa.. Ah itu kayaknya.."

Mas Wira menggandeng tanganku dan mengajakku menghampiri .. astaga, kami berhenti di meja si cantik! Si cantik segera berdiri menyambut kami.

"Kenalin sayang, ini mamaku.. Walaupun umur udah kepala lima masih cantik kayak kamu kan?"

Kali ini aku tersenyum kaku pada si cantik. Kecewa. Ternyata aku jatuh cinta pada calon mama mertuaku sendiri.



#13HariNgeBlogFF day 1

MY AMAZING LIFE (PART 1)

Assalamualaikum..
Aaahh akhirnya saya ada waktu lagi untuk nge-blog.. Kangen sekali rasanya dengan dunia tulis-menulis. Sebenarnya bukan tanpa alasan saya off dulu dari dunia blogging, karena terlalu banyak hal yang terjadi sama saya beberapa bulan belakangan ini. Hal-hal yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya, dan membuat saya tak henti-hentinya bersyukur. Allah sungguh teramat baik untuk saya.

Lewat blog ini saya ingin berbagi cerita tentang hidup saya yang penuh kejutan. Kenapa saya bilang kejutan? Karena memang begitu adanya. Semua berawal sejak saya menyelesaikan pendidikan dokter saya tahun 2011 lalu, selesai koass masih harus berkutat dengan skripsi dan ukdi. Cerita tentang skripsi dan ukdi saya sudah pernah saya ceritakan di blog ini beberapa bulan lalu. Perjuangan saya akhirnya berbuah manis pada 9 Juni 2012. Akhirnya gelar dokter pun resmi dituliskan di depan nama saya. Alhamdulillah...

Bai'at Dokter Muslim 9 Juni 2012

Setelah ini harusnya saya sudah mulai bisa praktek di klinik, namun jujur saja ketika itu saya belum mau. Entah mengapa saya takut sekali untuk praktek. Setiap ada tawaran untuk jaga selalu saya tolak dengan berbagai alasan, bahkan saya sampai menghilang dari peredaran karena ketakutan disuruh jaga klinik tersebut. Beberapa bulan kerjaan saya hanya di rumah, menulis juga terkadang keluar jalan-jalan sendiri. Seperti orang depresi saja. Sampai akhirnya saya melawan rasa ketakutan itu dengan mencoba menerima tawaran untuk menjadi dokter di pusat perbelanjaan. Tugasnya hanya mengecek kadar gula darah dan konsultasi. Saat itu rasanya ada kepuasan tersendiri ketika saldo rekening tabungan saya bertambah, dan itu membuat saya ketagihan. Saya pun mulai mencoba membuka diri lagi, bertanya dengan teman-teman yang sudah lebih dulu berkarir.

Orang tua saya pun juga tak tinggal diam. Ayah saya diam-diam memasukkan lamaran dan cv saya ke berbagai rumah sakit di Jakarta. Bahkan saya juga diajak menemui seorang dokter di bekas kantor beliau untuk menitipkan lamaran di rumah sakit tempat dokter itu bekerja. Selain itu saya dan Bunda juga pernah sampai mendatangi sebuah rumah sakit di daerah bekasi untuk memasukkan lamaran. Di situ kami sempat mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari security. Padahal saya memasukkan lamaran ke RS itu atas perintah langsung dari yang punya RS tersebut di pusatnya. Sebenarnya saya sempat kesal karena saya belum mau masuk ke rumah sakit, membayangkan keriuhan di rumah sakit membuat nyali saya ciut lagi.

Selain itu, saya juga mencoba tes CPNS depkes dan BNN. Sayangnya yang depkes tidak lolos seleksi administrasi, sedangkan yang BNN hanya sampai tahap tes tertulis. Saat tes tertulis itu saya bertemu dengan beberapa teman yang sudah bekerja dan bertukar cerita dengan mereka. Atas saran dari salah satu teman yang saya temui saat itu, saya mencoba memasukkan lamaran ke sebuah klinik kecantikan. Teman saya saat itu sedang training di situ. Itu adalah pertama kalinya saya memasukkan lamaran atas usaha sendiri.

Tak lama dari itu suatu siang saya mendapat telepon. Ternyata panggilan wawancara dari sebuah rumah sakit di daerah Parung - Bogor. Saya bingung karena saya merasa tidak pernah memasukkan lamaran ke situ dan tidak pernah mendengar nama RS tersebut. Namun tak urung saya iyakan saja panggilan wawancara itu. Ternyata yang memasukkan lamaran adalah ayah saya. Seperti biasa saya kesal karena ketakutan saya muncul lagi. Saya benar-benar panik karena ini adalah interview saya yang pertama kali. Ketika itu saya ke RS diantar oleh ayah. Ayah sampai izin dari kantor untuk menemani saya. Ada tiga orang dokter yang akan wawancara saat itu termasuk saya. Semuanya wanita dan mereka lebih senior dari saya. Yang satu setahun di atas saya, lulusan universitas negeri di Sumatra, sudah internship dan pernah bekerja. Yang satu lagi angkatan 1999 lulusan universitas swasta di Jakarta, sudah PTT dan sudah berpengalaman di berbagai klinik. Nyali saya ciut lagi, rasanya saya tidak ada apa-apanya dibanding mereka. Pengalaman saya benar-benar nol. Namun saya bersikap seolah saya sudah berpengalaman juga walau sedikit. Akhirnya tibalah saatnya saya diwawancara. Dokter pewawancaranya ramah dan bersahabat. Pikiran saya tentang interview yang mengerikan benar-benar tidak terjadi. Alhamdulillah interview saya berjalan lancar walaupun gugup saat ditanya tentang ilmu kedokteran, haha karena saya gugup jadi blank semuanya. Padahal pertanyaannya cukup mudah, untungnya dokternya memberi saya clue untuk menjawabnya. Setelah wawancara, kami diberitahu untuk menunggu kabar selanjutnya untuk psikotest. Tak lama setelah saya tiba di rumah, saya langsung mendapat telepon untuk mengikuti psikotes dua hari lagi. Saya sempat bertukar pin bb dengan salah satu senior yang tadi diwawancara bareng saya. Dia juga dipanggil untuk psikotest. Dua hari kemudian saya pun mengikuti psikotest yang dilaksanakan di rumah psikolognya langsung di daerah tangerang. Saya ke sana diantar oleh ayah dan bunda. Sampai di sana saya yang paling pertama datang kemudian disusul dua kakak yang kemarin juga diwawancara. Pulang pun kami bersama-sama dan saling bertukar cerita. Saya banyak bertanya pada mereka karena mereka lebih berpengalaman. Oh iya saat mengerjakan psikotest saya hanya pasrah saja apapun hasilnya. Yang penting saya sudah pengalaman pernah mengikuti interview dan psikotest hehe..

Beberapa hari setelah psikotest, lagi-lagi di suatu siang saya mendapat telepon. Namun bukan telepon dari RS yang kemarin memanggil saya interview. Telepon ini dari klinik kecantikan yang lamarannya saya masukkan sendiri. Saya dipanggil untuk interview pukul 9 malam. Astaga.. malam sekali ya. Namun saya tetap mengiyakan. Saya ke sana diantar ayah karena tidak tahu tempatnya walaupun tidak terlalu jauh dari rumah. Walaupun sudah pernah mengalami interview sebelumnya tetap saja saya dag dig dug. Selain saya, ada satu orang lagi yang diwawancara dan ternyata kami satu almamater, kakak ini angkatan 2002. Dokter yang mewawancara adalah sepasang suami istri pendiri klinik kecantikan tersebut. Wawancaranya hanya beberapa menit saja lalu saya diberitahu untuk menunggu panggilan berikutnya. Beberapa hari kemudian saya pun dipanggil untuk mengikuti training di klinik kecantikan tersebut. Alhamdulillah.. Walaupun training, tapi di sini saya juga mendapat gaji. Inilah pengalaman kerja pertama saya...



to be continued . . .