Pages

Thursday, April 12, 2012

MAAF, AKU SIBUK..


Sinar matahari pagi telah memaksa masuk melalui kisi-kisi jendela. Jarum jam tanganku telah menunjuk angka setengah delapan. 

setengah jam lagi..

Namun aku masih saja mematut diri di cermin, tak berniat sedikit pun untuk beranjak pergi. Padahal dandananku sudah sempurna dari ujung rambut sampai ujung kaki. 

Seharusnya saat ini aku sudah tiba di sana..

Aku menghela napas. Dadaku tiba-tiba terasa sesak. Kutahan airmataku agar tidak merusak make up hasil karyaku sejam yang lalu.

Tuhan ... mengapa baru sekarang aku merasa tak rela?

Suara ringtone ponselku membuyarkan lamunanku. Aku melirik sekilas. Ada beberapa panggilan tak terjawab dan pesan yang sepertinya masuk saat aku sedang mandi dan berdandan tadi . Bukannya segera membalas pesan-pesan itu, aku malah memilih silent mode.

Pasti orang-orang itu telah menungguku. Pasti mereka sudah menantikan kehadiranku di sana.

Kupejamkan mataku. Mencoba mengingat mengapa aku sampai bisa membuat keputusan ini. Tetapi semakin kucoba untuk mengingatnya, semakin aku merasa sedih. Padahal beberapa waktu lalu aku berkata sudah mengikhlaskannya. Ya, aku bisa apa?. Menentang pun aku tak kuasa.

Ponselku bergetar. Lagi, ada satu panggilan masuk. Setelah menimbang-nimbang beberapa detik kuputuskan untuk menjawab panggilan tersebut. Kuhela napas panjang sebelum menjawabnya.

"Ya, Bu?"

"Kamu dimana, nak? Kok belum datang? Semua orang di sini udah nungguin kamu..Udah mau mulai acaranya.."

Suara Ibu terdengar cemas. Terdengar suara-suara ramai di belakangnya. Aku terdiam sejenak untuk merangkai kata-kata yang tepat.  

"Maaf Bu, aku sibuk  jadi ga bisa datang.. barusan ada panggilan meeting ke luar kota.. Tolong bilang maaf ke semuanya ya Bu.."

Ingatanku kembali ke beberapa bulan lalu, ketika Ibu dan adikku meminta restuku. Terbayang wajah sedih Ibu ketika memandangku. Maaf Bu, aku terpaksa bohong sama Ibu. Ternyata aku tidak sekuat itu untuk menyaksikan adikku yang menikah lebih dulu daripada aku.

Saat menjelang hari-hari bahagiamu
Aku memilih 'tuk diam dalam sepiku..
Sedih tak berujung - Gleen Fredly

-tulisan ini untuk #30HariLagukuBercerita

Sunday, April 8, 2012

THANK YOU SO MUCH GRAMEDIA!!

Pagi ini, setelah sahur dan sholat shubuh tumben-tumbennya saya tidak tidur lagi. Iseng-iseng saya browsing ke FB-nya Gramedia. Sekalian ngecek foto tiket The Hunger Games saya sudah masuk atau belum. Tak sengaja saya membuka notes Gramedia tentang lomba dalam rangka memperingati ultah Gramedia yang ke-38 beberapa waktu yang lalu. Ternyata sudah ada pengumuman pemenangnya. Saya sih ga berharap banyak. Wajar, berapa banyak sih fans-nya Gramedia?. Sudah pasti ribuan orang berlomba-lomba mengikuti lomba ini. Anyway, lombanya ini bertemakan kreativitas. Jadi tiap orang membuat ucapan selamat ultah kepada Gramedia dengan sekreatif-kreatifnya dalam bentuk media apa saja. Seingat saya waktu itu saya mengirimkan 3 atau 4 foto dan saya share di twitter saya.

Nah, pengumumannya itu sudah sejak tanggal 3 April lalu (sekarang tanggal 9, berarti sudah 6 hari berlalu). Pengumumannya dapat dilihat di link di bawah ini :
Pengumuman Pemenang Lomba Ucapan Ultah #GPU38 - Gramedia Penerbit Buku Utama


APA DONG?



"Kamu kenapa sih? Aku perhatiin kok cemberut aja?"

Kupandangi wajah cantik yang ada di sampingku lekat-lekat. Ya, dia berbeda dari biasanya. Bibir indahnya tertekuk ke bawah sejak bertemu denganku hari ini.

Si cantik hanya menoleh sekilas padaku, mendengus, lalu kembali menatap rak buku di hadapannya. Matanya mencari-cari, entah apa. Jari-jari tangannya bergerak lincah menelusuri setiap judul buku.

"Hei.. kok aku dicuekin sih.." 


Friday, April 6, 2012

APRIL MOP!!


"Kita putus ya Bun.." 


Minuman yang kuteguk hampir saja tersembur lagi. Kutatap sosok lelaki yang duduk di hadapanku dengan tatapan tak percaya.


Apa? Putus? Yang benar saja..


Sunday, April 1, 2012

SELAMAT ULANG TAHUN, KAMU..

weheartit

"Aku berangkat dulu ya.." 

Dia mencium keningku lembut. Aku hanya mengangguk pelan sambil mencium tangannya. Aku tak berkata apa-apa lagi sampai ia masuk ke dalam mobil. Bahkan saat ia melempar sebuah ciuman dari jauh sebelum melajukan mobilnya aku hanya membalas dengan senyuman datar. Aku masih berdiri di depan pintu pagar sampai mobilnya hilang dari pandanganku.