Pages

Sunday, June 17, 2012

SEHANGAT SERABI SOLO

Pasar Klewer - Solo, Central Java
Selalu ada perasaan lain jika berada di kota kelahiranku ini. Solo, the spirit of Java—begitu slogan pariwisatanya—dan memang begitulah yang kurasakan. Aku sangat bersemangat setibanya di sini. Rasa lelah berjam-jam duduk di kereta terbayar sudah saat menginjakkan kaki di lantai stasiun Solo Balapan ini.

Suasana stasiun ramai sekali. Tidak heran karena sudah memasuki libur anak-anak sekolah. Aku terdesak di antara orang-orang yang lalu lalang dengan membawa koper-koper besar dan bawaan lainnya. Hampir saja aku terpisah dengan keluargaku. Akhirnya kami berhasil menembus kerumunan orang dan sampai di pintu keluar. Ayah segera mencarter taksi untuk mengantar kami sampai ke rumah mbahkung di daerah Solo Baru.


Sesampainya di rumah mbahkung kami disambut oleh mbahkung, mbah putri juga om tante dan sepupu-sepupu. Obrolan panjang pun berlanjut sampai malam tanpa terasa. Di akhir obrolan kami membahas rencana untuk besok. Kukatakan bahwa aku sudah ada janji bertemu dengan Sakti, lelaki yang sudah dua tahun ini menjalin hubungan denganku. Kebetulan Sakti sedang libur dari pekerjaannya dan pas sekali saat liburan ini ia dapat ikut keluarganya mudik sehingga kami pun dapat bertemu. Aku minta tolong pada salah seorang sepupuku yang sudah pernah bertemu Sakti untuk diantar ke Solo Grand Mall, tempat janjianku dengan Sakti. Setelah itu rencananya aku akan diajak berbelanja ke Pasar Klewer dengan Mama dan kakak perempuannya.

***

Esoknya kami pun bertemu di Solo Grand Mall. Sepupuku memberi petunjuk-petunjuk arah yang gampang untuk jalan-jalan di kota Solo ini pada Sakti karena ia sudah lama tidak mudik ke Solo. Kata Sakti, kalau ke pasar klewer dia masih ingat jalannya karena mama dan kakaknya sering minta diantar ke sana.

“Jadi mama dan Mbak Shinta udah di sana Yang?”tanyaku.

Sakti hanya mengangguk-angguk saja karena dia sedang konsentrasi pada mobil juga petunjuk arah. Dalam hati aku berharap semoga kami tidak nyasar.

“Jadi hari ini jadwalku belanja bareng calon mertua dan kakak ipar ya..” gumanku.

Sakti terbahak-bahak mendengarnya. “Grogi yah kamu.. Grogian mana sama aku nanti malem ketemu sama keluarga besar kamu” katanya sambil menjawil hidungku.

Kali ini ganti aku yang menertawainya.

***

Akhirnya sampai juga kami di Pasar Klewer, pusat perbelanjaan yang paling terkenal di kota Solo. Pasar yang letaknya bersebelahan dengan keraton Surakarta ini merupakan pusat batik terlengkap dan terkenal dengan harganya yang murah dibandingkan dengan pusat perbelanjaan di kota-kota lain di Indonesia. Tak heran jika pasar ini menjadi tempat kulakan para pedagang dari daerah-daerah lain.

Tak terasa hampir dua jam kami berkeliling pasar. Kakiku mau copot rasanya. Aku memang tidak seperti perempuan lain yang tahan berjam-jam keluar masuk toko. Biasanya jika aku ingin membeli sesuatu, aku sudah punya tujuan toko mana yang akan aku datangi, lalu setelah barang yang kumau kudapat aku langsung pulang.

“Aku lapar..”rengekku pada Sakti yang sedang menyusun kantong-kantong berisi belanjaan batik mama dan kakaknya. Mereka masih saja terlibat dalam tawar-menawar di salah satu toko.

“Mau pulang aja apa gimana? Kalau di sini paling adanya jajanan pasar.” 

Sakti menunjuk dengan dagunya ke arah pedagang-pedagang makanan di pinggiran jalan. Ada thengkleng, gempol plered, mendut, bubur saren, es dawet dan berbagai jajanan lain. Aku mengangkat bahu. Perutku sudah sangat lapar jadi tidak bisa berpikir memutuskan pilihan.

“Makan serabi aja gimana? Tadi katanya Mbak Shinta mampir ke Serabi Notosuman. Kan kamu pernah bilang belum pernah makan serabi.”

“Siapa yang belum pernah makan serabi?” tiba-tiba Mbak Shinta muncul di belakangku.

“Aya tuh mbak..” adu Sakti. Aku mengangguk malu-malu.

“Piye tho, cah Solo durung tau makan serabi Ay..” ledek mbak Shinta sambil tertawa.

“Yaudah yuk kita makan serabi yang di mobil.. Mama juga udah laper.” Kata Mama Sakti.

“Udah nih Ma belanjanya?” tanya Sakti. Mama dan Mbak Shinta mengangguk hampir bersamaan.

“Akhirnyaa…” Sakti menghela napas lega. Aku, Mama dan Mbak Shinta tertawa mendengarnya.

***

Kami duduk di bangku salah seorang pedagang es dawet sambil menikmati serabi yang masih hangat diselingi obrolan ringan. Serabi dan es dawet segera menggantikan glukosa kami yang habis terbuang karena mengitari pasar Klewer. Aku yang kelaparan dan langsung jatuh cinta pada rasa serabi yang paling terkenal di Solo itu segera menghabiskan setengah dari isi satu kotak serabi.

“Ay, udah siap belum untuk nanti malam?” tiba-tiba Mbak Shinta berkata padaku sambil mengedipkan mata. 

Aku memandangnya tak mengerti.

“Lho, Sakti belum bilang sama kamu Ay?”kali ini Mama yang bertanya.

“Nanti malam kita kan mau datang ngelamar kamu.. sambil bawa serabi..” Mbak Shinta tersenyum geli melihat wajahku kebingungan.

Aku menatap Sakti tak percaya. Sakti mengangguk lalu merangkul bahuku.

“Kan kamu yang minta dilamar kalau kita pulang ke Solo tahun ini..”katanya mengingatkanku pada permintaanku padanya awal tahun lalu.

Wajahku merona. Mama dan Mbak Shinta senyum-senyum menggodaku. Hatiku diliputi kehangatan. Sehangat serabi Solo yang baru saja kumakan. 

Serabi Notosuman



15HariNgeBlogFF2 day 6, Setting : Pasar Klewer - Solo, Jawa Tengah

Gambar serabi diambil dari sini

6 comments:

  1. Mau serabinya... Mau main ke Solo.... Mau dilamar... #eh haha

    ReplyDelete
  2. Ah, so sweet, mau dilamar.

    ReplyDelete
  3. Kok gak pada puasa sih? Siangsiang makan serabi sama dawet?

    ReplyDelete
  4. huahaha muiz makasih koreksinya...

    ngeh aja sih.. pantes pas aku baca juga kayak ada yg janggal.. hihi

    thanks bgt loh iz koreksinya :))

    ReplyDelete
  5. cerita di atas sekarang sudah dikoreksi teman2.. :)

    ReplyDelete
  6. Mau dilamar dong.. Eh, mau srabi solo maksudnya.. >_< hahaha.. manisss..

    ReplyDelete

Leave your comment please.. thank you ;)