Pages

Thursday, February 2, 2012

MENYUSULMU

: Rama


Kuhentikan motorku di pinggir trotoar. Sudah hampir dua jam aku berputar-putar menelusuri jalan kota ini untuk mencarimu. Tapi aku belum juga menemukan sosok dirimu di tengah ramainya lalu lalang orang di sini. Aku sudah menghubungi teman-temanmu tapi tidak ada yang menjawab. Sepertinya mereka semua bersekongkol untuk tidak memberitahu keberadaanmu. Bahkan teman baikmu, Reza, juga tidak menjawab pesan dan teleponku. Kuhubungi ponselmu, namun kamu reject. Pesanku pun tidak kamu balas. Pesan terakhirmu hanya mengatakan bahwa hubungan kita sudah berakhir.

Kulirik jam tanganku. Sudah hampir sore. Mungkin saja kamu sudah kembali pulang dengan kereta keberangkatan siang tadi. Tapi tadi aku juga tidak melihat sosokmu di stasiun. Aku tidak tahu lagi harus mencari kemana. Baru saja hendak kustarter motor untuk melanjutkan pencarianku, tiba-tiba gerimis turun diiringi bunyi petir yang bergemuruh. Sepertinya akan hujan deras dan aku tidak membawa jas hujan. Lebih baik aku berteduh dulu di suatu tempat sambil memikirkan kemana lagi aku harus mencarimu. Mataku tertuju pada coffee shop  di seberang jalan tempatku berada. Kuputuskan untuk berteduh di sana, mungkin segelas minuman hangat bisa menyegarkan kembali pikiranku.

Coffee shop ini selalu ramai. Apalagi saat sore menjelang malam ini, makin banyak saja pengunjungnya. Ada beberapa yang baru datang sama sepertiku. Mungkin tujuannya sama denganku, karena di luar hujan mulai turun.

Aku menuju counter untuk memesan minuman. Ada seorang wanita bule yang juga sedang memesan minuman. Aku masih melihat-lihat menu dan tiba-tiba terdengar jeritan wanita bule tadi. Rupanya dia bertabrakan dengan seorang lelaki seumuran denganku, dan minumannya tumpah mengenai baju lelaki itu. Aku menoleh sekilas kemudian berpaling lagi menatap menu.

"Hot chocolate satu ya.." kataku pada barista yang sudah menunggu pesananku dari tadi. Hot chocolate, minuman kesukaanmu. Barista tadi mengangguk dan memintaku menunggu.

Kualihkan lagi pandanganku ke wanita bule dan lelaki tadi. Sepertinya mereka terlibat pembicaraan serius. Sekarang ada seorang perempuan memakai rok kuning cerah di sebelah lelaki itu. Kudengar wanita bule itu sepertinya mengucapkan kata-kata yang tidak menyenangkan. Wajah lelaki itu tampak menegang dan perempuan di sampingnya tampak terluka. Wajahnya mengingatkanku pada wajahmu tadi siang. Aku menggeleng mencoba melupakan.

Hot chocolate-ku sudah jadi, setelah membayar aku mencari tempat duduk. Ketiga orang tadi terlihat masih bersitegang. Kulihat sekelilingku, sepertinya pengunjung lain ikut menguping pembicaraan ketiga orang tadi. Aku mengambil tempat tak jauh dari mereka supaya bisa ikut menguping. Sambil menikmati minumanku, aku memandangi ketiga orang itu. Mungkin wanita bule itu masa lalu lelaki itu, pikirku sok tahu.

Hei, rasanya aku tak asing dengan pemandangan ini. Ah iya, aku seperti melihat kejadian tadi siang, saat kamu memergokiku bersama perempuan itu. Aaaggghh.. aku benar-benar marah pada diriku jika ingat kejadian itu. Kamu yang tiba-tiba datang dengan sekotak kue, lalu melihatku sedang mencium wanita lain di depanmu!. Bayanganmu yang menepis tanganku saat kuberusaha memberi penjelasan, kotak kue yang kau lempar, dan wajahmu yang terluka berkelebat di pikiranku. Damn! Kusesali kebodohanku.

Kukeluarkan kotak kue darimu dari dalam tasku. Walaupun kamu melemparnya untung saja kotaknya tidak rusak, dan aku mengambilnya. Kubuka, isinya strawberry cheese cake favoritku bertuliskan "Happy Birthday Sayang" yang bentuknya kini sudah tak karuan di meja. Aku terdiam. Terbayang wajahmu yang memesan kue karena aku tau kamu tidak bisa membuatnya, tapi kamu selalu hapal kesukaanku. Kubayangkan kamu sendirian dari kotamu naik kereta untuk menemuiku, pacarnya yang brengsek ini. Tak terasa air mata sudah menggenang di sudut mataku. Sinta, maafkan aku...

"Ah, strawberry cheese cake.. sepertinya lezat.. padahal saya baru saja mau memberikan kue ini pada anda.." sebuah suara mengagetkanku.
Seorang wanita sebaya kakakku sudah berada di sampingku, tersenyum ramah dan membawa sepotong kue. Kulihat sekelilingku, sepertinya dia membagi-bagikan kuenya pada semua pengunjung di sini. Kualihkan pandanganku ke counter, wanita bule dan pasangan tadi sudah tidak kelihatan. Mungkin sudah pulang saat aku melamun tadi. Aku kembali menatap wanita di sampingku ini.

"Terima kasih banyak.. Anda sedang berulang tahun?" tanyaku.

"Bukan. Suami saya..."jawab wanita itu perlahan. Aku mencari-cari lelaki yang dimaksud suami wanita itu, tapi sepertinya dari tadi wanita itu hanya sendirian.

"Suami saya sudah meninggal.. ini hari ulang tahunnya.. dan saya ingin merayakannya.."wanita itu menjelaskan. Dia sepertinya mengerti aku yang kebingungan.

"Anda juga berulang tahun rupanya?Kue ini pasti dari seseorang yang spesial.."tebak wanita itu. Aku tersenyum.


"Ya.. dan saya orang bodoh yang telah mengecewakan seseorang yang spesial itu.."
Wanita itu kini duduk di hadapanku.

"Kita baru akan mengerti betapa berartinya kehadiran seseorang setelah kita kehilangannya.."katanya perlahan. Ada nada getir dari suaranya. Pasti teringat almarhum suaminya.

"Anda benar.. Sekarang saya benar-benar kehilangannya.. Saya sudah melepaskan seseorang yang paling berarti untuk saya.. Saya menyesal.. Saya ingin dia memaafkan saya.." tanpa sadar aku sudah bercerita masalahku pada wanita ini. Rasanya seperti sedang berbicara dengan kakakku saja.

"Kejarlah dia.. Minta maaflah dengan sungguh-sungguh dan berjanji tidak akan mengulanginya.. Mungkin dia akan sulit menerima anda lagi pada awalnya.. Itu risiko karena dia sudah kehilangan kepercayaannya pada anda.. Anda harus berjuang keras jika anda benar-benar mencintainya.. Jangan sampai menyesal di kemudian hari.."saran wanita itu.

Aku mengangguk.

"Besok saya akan menyusulnya, semoga dia mau menerima permintaan maaf saya.."

"Semoga berhasil.."Wanita itu tersenyum dan berdiri untuk kembali ke tempat duduknya.

Aku mengucapkan terima kasih padanya. Hatiku sedikit lega setelah berbicara dengannya. Aku menyeruput lagi hot chocolate-ku.

"Ah, saya jadi ingat.." Wanita itu berbalik lagi ke arahku. "...Tadi ada perempuan cantik yang menangis duduk di sini, di tempat anda sekarang ini.. katanya baru saja putus dengan pacarnya.. kasihan sekali dia, untung saja tak berapa lama datang seorang laki-laki yang menghiburnya.. Katanya teman sahabatnya.. Itu yang samar-samar saya dengar tadi.."

Aku tersedak mendengar kata-kata wanita itu.

"Perempuan itu.. seperti apa.. orangnya? maksud saya memakai baju apa?" segera kuserbu wanita itu dengan pertanyaan-pertanyaan. Mungkin saja kan, mungkin saja itu kamu..

"Yang jelas cantik, putih, dia memakai serba ungu.." wanita itu mengingat-ingat.

Itu kamu.

"Jam berapa? Anda melihatnya jam berapa? Lalu.. sekarang apa anda tau dia akan kemana?" Aku mengguncang-guncang bahu wanita itu. Wanita itu menjadi kebingungan. Pengunjung lain mulai melirik ke arah kami.

"Dia pergi kira-kira satu setengah jam lalu.. keluar bersama lelaki berkaus hitam itu.. tapi lalu wanita itu naik taksi sendirian.. lelaki itu hanya mengantar sampai depan pintu kafe.. kalau saya tidak salah sepertinya dia mau ke stasiun.." tiba-tiba seorang pelayan yang akan membersihkan meja di sebelahku menjawab.

Aku hampir bersorak kegirangan. Segera kubereskan kue dan tasku dan bergegas menuju parkiran motor.


Semoga belum terlambat untuk menyusulmu, Ta..

Bahkan aku sampai lupa berterima kasih pada wanita dan pelayan tadi..

(Fiksi-fiksi yang berhubungan dengan fiksi ini adalah Malaikat CintakuFinally, I Found You (ada di novel THE COFFEE SHOP CHRONICLES), Secangkir IngatanDrama)

No comments:

Post a Comment

Leave your comment please.. thank you ;)