Pasar Klewer - Solo, Central Java |
Suasana stasiun ramai sekali. Tidak heran karena sudah
memasuki libur anak-anak sekolah. Aku terdesak di antara orang-orang yang lalu lalang
dengan membawa koper-koper besar dan bawaan lainnya. Hampir saja aku terpisah
dengan keluargaku. Akhirnya kami berhasil menembus kerumunan orang dan sampai di
pintu keluar. Ayah segera mencarter taksi untuk mengantar kami sampai ke rumah
mbahkung di daerah Solo Baru.
Sesampainya di rumah mbahkung kami disambut oleh mbahkung,
mbah putri juga om tante dan sepupu-sepupu. Obrolan panjang pun berlanjut
sampai malam tanpa terasa. Di akhir obrolan kami membahas rencana untuk besok.
Kukatakan bahwa aku sudah ada janji bertemu dengan Sakti, lelaki yang sudah dua
tahun ini menjalin hubungan denganku. Kebetulan Sakti sedang libur dari
pekerjaannya dan pas sekali saat liburan ini ia dapat ikut keluarganya
mudik sehingga kami pun dapat bertemu. Aku minta tolong pada salah seorang
sepupuku yang sudah pernah bertemu Sakti untuk diantar ke Solo Grand Mall,
tempat janjianku dengan Sakti. Setelah itu rencananya aku akan diajak
berbelanja ke Pasar Klewer dengan Mama dan kakak perempuannya.
***
Esoknya kami pun bertemu di Solo Grand Mall. Sepupuku
memberi petunjuk-petunjuk arah yang gampang untuk jalan-jalan di kota Solo ini
pada Sakti karena ia sudah lama tidak mudik ke Solo. Kata Sakti, kalau ke pasar
klewer dia masih ingat jalannya karena mama dan kakaknya sering minta diantar
ke sana.
“Jadi mama dan Mbak Shinta udah di sana Yang?”tanyaku.
Sakti hanya mengangguk-angguk saja karena dia sedang
konsentrasi pada mobil juga petunjuk arah. Dalam hati aku berharap semoga kami
tidak nyasar.
“Jadi hari ini jadwalku belanja bareng calon mertua dan
kakak ipar ya..” gumanku.
Sakti terbahak-bahak mendengarnya. “Grogi yah kamu.. Grogian
mana sama aku nanti malem ketemu sama keluarga besar kamu” katanya sambil
menjawil hidungku.
Kali ini ganti aku yang menertawainya.
***
Akhirnya sampai juga kami di Pasar Klewer, pusat
perbelanjaan yang paling terkenal di kota Solo. Pasar yang letaknya
bersebelahan dengan keraton Surakarta ini merupakan pusat batik terlengkap dan
terkenal dengan harganya yang murah dibandingkan dengan pusat perbelanjaan di
kota-kota lain di Indonesia. Tak heran jika pasar ini menjadi tempat kulakan
para pedagang dari daerah-daerah lain.
Tak terasa hampir dua jam kami berkeliling pasar. Kakiku mau
copot rasanya. Aku memang tidak seperti perempuan lain yang tahan berjam-jam
keluar masuk toko. Biasanya jika aku ingin membeli sesuatu, aku sudah punya
tujuan toko mana yang akan aku datangi, lalu setelah barang yang kumau kudapat
aku langsung pulang.
“Aku lapar..”rengekku pada Sakti yang sedang menyusun
kantong-kantong berisi belanjaan batik mama dan kakaknya. Mereka masih saja
terlibat dalam tawar-menawar di salah satu toko.
“Mau pulang aja apa gimana? Kalau di sini paling adanya
jajanan pasar.”
Sakti menunjuk dengan dagunya ke arah pedagang-pedagang
makanan di pinggiran jalan. Ada thengkleng, gempol plered, mendut, bubur
saren, es dawet dan berbagai jajanan lain. Aku mengangkat bahu. Perutku sudah
sangat lapar jadi tidak bisa berpikir memutuskan pilihan.
“Makan serabi aja gimana? Tadi katanya Mbak Shinta mampir ke
Serabi Notosuman. Kan kamu pernah bilang belum pernah makan serabi.”
“Siapa yang belum pernah makan serabi?” tiba-tiba Mbak
Shinta muncul di belakangku.
“Aya tuh mbak..” adu Sakti. Aku mengangguk malu-malu.
“Piye tho, cah Solo durung tau makan serabi Ay..” ledek mbak
Shinta sambil tertawa.
“Yaudah yuk kita makan serabi yang di mobil.. Mama juga udah
laper.” Kata Mama Sakti.
“Udah nih Ma belanjanya?” tanya Sakti. Mama dan Mbak Shinta mengangguk
hampir bersamaan.
“Akhirnyaa…” Sakti menghela napas lega. Aku, Mama dan Mbak
Shinta tertawa mendengarnya.
***
Kami duduk di bangku salah seorang pedagang es dawet sambil
menikmati serabi yang masih hangat diselingi obrolan ringan. Serabi dan es
dawet segera menggantikan glukosa kami yang habis terbuang karena mengitari
pasar Klewer. Aku yang kelaparan dan langsung jatuh cinta pada rasa serabi yang
paling terkenal di Solo itu segera menghabiskan setengah dari isi satu kotak
serabi.
“Ay, udah siap belum untuk nanti malam?” tiba-tiba Mbak
Shinta berkata padaku sambil mengedipkan mata.
Aku memandangnya tak mengerti.
“Lho, Sakti belum bilang sama kamu Ay?”kali ini Mama yang
bertanya.
“Nanti malam kita kan mau datang ngelamar kamu.. sambil bawa
serabi..” Mbak Shinta tersenyum geli melihat wajahku kebingungan.
Aku menatap Sakti tak percaya. Sakti mengangguk lalu merangkul
bahuku.
“Kan kamu yang minta dilamar kalau kita pulang ke Solo tahun ini..”katanya mengingatkanku pada permintaanku padanya awal tahun lalu.
Wajahku merona. Mama dan Mbak Shinta senyum-senyum menggodaku.
Hatiku diliputi kehangatan. Sehangat serabi Solo yang baru saja kumakan.
Serabi Notosuman |
15HariNgeBlogFF2 day 6, Setting : Pasar Klewer - Solo, Jawa Tengah
Gambar serabi diambil dari sini
Mau serabinya... Mau main ke Solo.... Mau dilamar... #eh haha
ReplyDeleteAh, so sweet, mau dilamar.
ReplyDeleteKok gak pada puasa sih? Siangsiang makan serabi sama dawet?
ReplyDeletehuahaha muiz makasih koreksinya...
ReplyDeletengeh aja sih.. pantes pas aku baca juga kayak ada yg janggal.. hihi
thanks bgt loh iz koreksinya :))
cerita di atas sekarang sudah dikoreksi teman2.. :)
ReplyDeleteMau dilamar dong.. Eh, mau srabi solo maksudnya.. >_< hahaha.. manisss..
ReplyDelete