Pages

Friday, June 15, 2012

KERUDUNG MERAH

Toba Lake - North Sumatera

Angin malam yang dingin berhembus kencang begitu kubuka pintu depan rumahku. Lalu kututup kembali tanpa suara. Aku tak ingin membangunkan Ibu yang baru saja terlelap. Dengan mengendap-endap aku berjalan cepat menuruni jalan kecil menuju danau yang letaknya hanya beberapa meter dari rumahku. Danau Toba. Ya, rumahku terletak di perbukitan di sepanjang danau itu.

Suasana sepi karena sudah larut malam. Sepanjang aku berjalan yang terdengar hanya langkah kakiku sendiri dan gemerisik daun-daun di pohon yang tertiup angin. Aku hanya berharap tidak bertemu orang-orang karena aku malas sekali menjelaskan jika mereka bertanya mengapa selarut ini aku masih berada di luar.


Akhirnya aku sampai juga di pesisir danau. Bahkan saat malam hari pun salah satu danau terbesar di Indonesia bahkan di dunia ini tampak memesona. Di tengah-tengah danau terdapat pulau kecil bernama pulau Samosir. Malam ini bulan bulat penuh memantulkan sinarnya pada permukaan danau sehingga menambah keindahan danau ini. Udara terasa dingin dan sejuk karena di sekitar danau ini dikelilingi perbukitan hijau. Beberapa penduduk asli membangun pemukiman di situ termasuk keluargaku. Karena keindahannya tentu saja danau ini menarik wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Hal ini tentu saja dapat menambah penghasilan kami, penduduk sekitar danau. Jika mereka berkunjung ke sini, mereka dapat menikmati keindahan danau dengan berenang ataupun menaiki perahu motor yang disewakan untuk mengelilingi danau.
Beberapa bulan yang lalu keluargaku masih merupakan salah satu yang menyewakan perahu motor di sekitar danau sampai peristiwa pahit itu terjadi.

Malam semakin larut. Mataku mencari-cari ke sekeliling. Keberadaanku di sini karena memenuhi janji dengan seseorang. Mengapa dia belum juga datang, kataku dalam hati. Aku makin gelisah sampai akhirnya tiba-tiba sebuah suara lembut menyapaku.

“Kakak.. ”

Aku menoleh. Seorang gadis cantik tiba-tiba telah berada di hadapanku. Dia tersenyum.

“Maaf membuat kakak menunggu lama..” lanjutnya lalu ikut duduk di sampingku.

Aku hanya membalas senyumnya. Entah mengapa lidahku kelu untuk menjawab sapaannya. Aku hanya mengulurkan sehelai kain panjang berwarna merah padanya. Mata gadis cantik itu langsung berbinar. Ia mengambil kain ini dari tanganku dan segera mengenakannya di kepalanya. Setelah itu ia bangkit dari sisiku, bersiap untuk pergi lagi.

“Kamu.. mau pergi lagi, Dik?” Akhirnya suaraku keluar juga meski terdengar lirih.

Gadis berkerudung merah itu tersenyum sedih menatapku.

“Jangan pergi.. Aku dan Ibu merindukanmu..” 

Gadis itu menghela napas. 

“Tempatku bukan di sini kak.. Titip salam untuk Ibu ya. Terima kasih sudah membawakan kerudung kesayanganku kak, sekarang aku sudah bisa tenang.”

Angin dingin berhembus lagi meremangkan bulu kudukku. Akhirnya aku mengangguk menyilahkan gadis itu pergi. Ia pun berbalik menuju danau. Kerudungnya melambai-lambai tertiup angin.

Perlahan sosok gadis berkerudung merah itu pun menghilang dari permukaan danau.

Semoga setelah ini kamu bahagia di sana adikku yang tewas tenggelam di danau karena kecelakaan perahu motor dan meninggalkan kerudung merahnya mengapung di permukaannya.   


6 comments:

  1. Mamaaaaaaa! Malem" baca bgnian! Sukses bkin merinding.. >_<

    ReplyDelete
  2. Aku aja yang mikir ide n nulisnya merinding Wen.. makanya lama jadinya >,<

    Tapi masih sereman cerita2mu.. hihihi

    ReplyDelete
  3. aku kok malah senyum-senyum ya... adiknya pasti cantik banget.... *beerkhayal*

    ReplyDelete
  4. wahh,, horor ternyataah..
    heheheee..

    ReplyDelete
  5. @ dedel :
    iya nih lagi nyoba2 bikin cerita horor haha

    @ Muiz :
    jiaahh *tepok jidat*

    ReplyDelete
  6. Ya ampun, kasihan amat adiknya. Tragis

    ReplyDelete

Leave your comment please.. thank you ;)