“Kupy….tunggu aku..jangan terbang cepat-cepat dong..” Lebi, si lebah terbang terengah-engah mengikuti sahabatnya Kupy, si kupu-kupu.
Kupy tertawa-tawa, bukannya memperlambat laju terbangnya ia malah terbang makin tinggi bahkan salto di udara. Lebi susah payah mengikutinya.
“Ayo Lebi.. kejar akuu..makanya jangan ngemil madu terus.. jadi gendut kan kamu..” Kupy terkikik melihat wajah cemberut Lebi yang belepotan madu.
“Udah ah ayo kita pulang Kupy.. udah sore.. serbuk bungamu juga udah terkumpul banyak kan?” Lebi melirik keranjang serbuk yang dibawa Kupy. Kupy mengangguk.
Kupy dan Lebi pun terbang kembali pulang ke taman bunga Flouna, tempat tinggal mereka. Berbagai bunga dan serangga hidup rukun di sana. Kupy sendiri adalah seekor kupu-kupu mungil bersayap hijau transparan. Ia paling kecil di antara kelompoknya. Tingkah Kupy yang lucu sering mengundang tawa serangga lainnya. Kupy bersahabat akrab dengan Lebi si lebah madu yang hobi makan. Mereka menjadi serangga favorit di taman bunga Flouna.
Setiap hari Kupy bermain sambil membantu ibunya mencari serbuk bunga. Ibu Kupy selalu berpesan agar Kupy tidak mencari serbuk terlalu jauh ke dalam hutan. Menurut cerita yang beredar, di dalam hutan itu ada seekor singa pemarah. Ia bisa memangsa siapa saja. Walaupun penasaran ingin melihat seperti apa singa itu, namun Kupy mematuhi pesan ibunya.
Hari berikutnya Kupy dan Lebi bermain-main lagi ke hutan. Mereka sudah selesai mengumpulkan serbuk bunga dan madu jadi sekarang mereka asyik bermain. Mereka terbang berkejar-kejaran, bercerita dan tertawa-tawa sampai tidak sadar jika sudah masuk jauh ke dalam hutan.
“Astaga Lebi, gelap sekali di sini.. kita sudah terlalu masuk ke dalam hutan..” kata Kupy.
“Kupy.. aku takut.. kita tersesat ya?” Lebi ketakutan sambil terbang mendekat ke arah Kupy. Kupy menenangkan sahabatnya.
“Kata ibuku, di sini ada singa pemarah.. tapi kok ga ada ya.. Jangan takut Lebi, kan ada aku..”
Tiba-tiba terdengar suara auman yang menggema ke sekitar mereka. Kupy dan Lebi terlonjak kaget.
“Kupy..Kupy ayo kita balik saja yuk..” Lebi menarik-narik sayap Kupy. Kupy tak menghiraukan.
Itu pasti suara si singa..pikir Kupy. Jantungnya berdebar kencang. Ia sangat ingin melihat rupa si singa. Lagipula kalau si singa mengejar mereka, mereka kan bisa terbang, pikir Kupy.
“Tanggung Lebi.. masa sudah di sini kita ga melihat si singa sih.. Apa kamu tidak penasaran..” Kupy menarik Lebi agar ikut terbang lagi bersamanya. Lebi meronta-ronta.
“Auuuumm”
Suara auman itu makin lama makin jelas terdengar. Kupy sebenarnya juga ketakutan. Tapi rasa penasarannya mengalahkan ketakutannya.
Akhirnya mereka sampai di sebuah semak-semak berbatu. Ada sebuah batu besar berwarna oranye di situ. Kupy terbang dan mendarat di batu itu. Sementara Lebi memilih duduk di dahan pohon.
“Eh Lebi.. batu ini empuk sekali.. Cobain deh.. Lihat…” Kupy melonjak-lonjak di atas batu itu. Lebi terbelalak.
“Kupy… itu si singa….” Lebi berteriak namun suaranya tidak keluar karena ketakutan.
“Apaaaaaa??” Kupy malah semakin asyik melonjak-lonjak bahkan sampai akrobat di udara.
“AUUUUUMMM”
Kupy terkejut, untung ia sigap melesat terbang. Ternyata yang dikiranya batu itu adalah badan si singa. Singa itu menatap tajam ke arah Kupy dan Lebi. Lebi menangis sambil menyembunyikan wajahnya di balik dahan pohon.
“Ha-hai.. a-anda pa-pasti singa pemarah seperti yang ibu dan teman-temanku ceritakan..” Kupy mendekat takut-takut ke arah singa itu.
Tenang Kupy tenang..Kalau kita baik pasti ia juga akan baik ke kita, Kupy berusaha menenangkan dirinya.Singa itu mendelik ke arah Kupy.
“Mengapa anda suka marah-marah? Apa anda sedang ada masalah? Oh ayolah.. Lebih baik kita bersenang-senang.. Hmmm namaku Kupy, aku kupu-kupu yang tinggal di taman bunga di seberang hutan ini....”
Dengan tenangnya Kupy bercerita macam-macam pada singa itu. Ia bercerita lelucon-lelucon lucu, terbang berputar-putar, mengubah-ubah mimik mukanya namun si singa masih saja merengut. Kupy kesal, biasanya jika ibunya marah kalau ia sudah bertingkah lucu seperti itu, ibunya akan tertawa terbahak-bahak. Bahkan teman-teman dan tetangganya di taman bunga juga sering menertawakan tingkah konyolnya. Baru kali ini ada yang tidak tertawa melihat dirinya. Saking kesalnya, akhirnya Kupy terbang makin mendekat ke singa itu dan mulai menggelitikinya.
“Hoooiii singa jeleeekkk… ketawa doonnngg…”
Si singa menggeliat-geliat kegelian. Tiba-tiba ia tersedak dan batuk dengan kerasnya. Ada sebuah benda keluar dari mulut si singa. Sebuah gigi taring.
“Aaahhh aku lega sekali.. akhirnya gigiku yang sakit copot juga…” kata si Singa.
Ia menatap Kupy yang melongo melihatnya. Singa itu pun tertawa terbahak-bahak.
“Hahaha kamu lucu sekali Kupy.. Daritadi sebenarnya aku ingin tertawa melihatmu.. Tapi gigiku sudah beberapa bulan ini sakit jadi aku tidak bisa tertawa dan makan sebanyak biasanya.. Tapi berkat kamu gigiku yang sakit copot juga.. hahaha terima kasih ya..” kata Singa masih dengan tawanya yang menggelegar.
Kupy dan Lebi pun menghela napas lega. Mereka pun tertawa bersama.
bagus kok.. waah, singanya pasti ga pernah gosok gigi tuh
ReplyDeletehihi.. makasiy komennya mba amela ;)
ReplyDeleteLucu nih :)
ReplyDeletemkasih mba..hihi ;)
Deletebagus bun... lucu, harusnya si singa ikut cerita yg pertama "aku sakit karenamu, gigi" :D
ReplyDeleteahaha iya ya.. mkasih mbanis ;)
Deletehihihi.. si kupy lucu bisa bikin singa gak marah2 lagi.. ternyata sakit gigi tho, jangankan singa kita aja kalau sakit gigi jadi sensitif :-D
ReplyDeleteiyaa.. hihi
Deletemkasih udh baca yaa ;)