Tawangmangu waterfall - Karanganyar, Central Java |
Udara sejuk dan dingin khas pegunungan
menyapa begitu kami tiba di Tawangmangu, suatu daerah yang
terletak di lereng gunung Lawu—sekitar 37 kilometer sebelah timur kota Solo.
Perjalanan melelahkan selama 1,5 jam dari Solo terlupakan begitu saja setelah melihat
pemandangan indah yang terbentang di hadapan kami. Satu per satu kami turun
dari bis pariwisata yang membawa kami sejak dari Ibukota, mengikuti instruksi
dari Pak Sugeng, wali kelas kami.
“Awas hati-hati Nak turunnya..
Pelan-pelan.. Bobi, ga pake loncat-loncat turunnya!” suara tegasnya
memperingatkan anak muridnya yang mencoba bergaya seperti Superman saat turun
dari bis.
“Harusnya ada tangga kecil ya Pak, jadi anak-anak
gampang turunnya.” terdengar suara Ibu Marni, wali kelas lain pada Pak Sugeng.
“Pegang tangan aku, Rat..” Adri
mengulurkan tangannya padaku saat ia sampai di bawah. Cepat kupegang tangannya
erat-erat dan meloncat turun dari bis.
“Tas kamu berat ga? Biar aku yang
bawa. Nanti pegangan aku terus ya, jalan ke bawah itu licin katanya.” kata Adri.
Aku menggeleng, sambil memanggul sendiri ranselku.
Terdengar suara Ibu Marni mengumpulkan
kami. Beliau pun memberitahukan bahwa kami akan menuruni jalan yang cukup licin
dan terjal menuju air terjun “Grojogan Sewu” yang artinya air terjun seribu. Penamaan tersebut konon katanya karena untuk mencapai air terjun setinggi 81 meter ini kita
harus menuruni seribu anak tangga. Yang istimewa lagi dari air terjun yang
terletak di dalam kawasan hutan lindung seluas 20 hektar ini adalah ada puluhan
bahkan ratusan kera yang bebas berkeliaran tanpa takut pada manusia. Bu Marni
memperingatkan agar berhati-hati karena kera-kera tersebut juga suka jahil
dengan mengambil barang-barang kita.
Kami berbaris dua-dua, lalu turun
pelan-pelan mengikuti instruksi Bu Marni yang berada di barisan depan. Pak Sugeng bertugas
menjaga barisan belakang. Aku dan Adri berada di barisan dua paling belakang. Aku
agak ragu saat menatap ke bawah. Terbayang olehku betapa jauh perjalanan kami
untuk turun mencapai air terjun itu.
“Kamu nanti kuat ga, Rat?”
tiba-tiba Vita yang berada di belakangku menyapa.
“Alah.. kalo ga kuat kan ada
Pangeran Adri yang siap menolong tuan putri Ratih..” kali ini suara Desi
mencemooh.
“Adri nih bikin cewe-cewe lain
iri aja..”
Kemudian suara sindiran halus
juga siulan menggoda mulai terdengar dari beberapa anak lain. Aku diam saja
pura-pura tak mendengar. Keadaan fisikku yang lemah memang bukan rahasia lagi.
“Berisik ah kalian semua.. Ga
usah didengerin Rat..” Adri menenangkanku.
Tiba giliran kami untuk turun. Aku
mencoba untuk menapak sendiri tanpa berpegangan. Namun baru setengah jalan aku
sudah hampir terpeleset. Untung saja tangan Adri sigap menangkapku. Tanpa
banyak bicara genggaman tangannya tak pernah lepas dariku di sisa perjalanan kami.
Aku memandangnya diam-diam dari
sudut mataku. Wajah Adri biasa saja, hanya tingginya saja sudah melebihi anak lelaki lain seusianya. Mungkin keramahan dan kebaikan hatinya-lah yang membuat teman-teman perempuanku tertarik padanya. Wajar jika mereka iri padaku yang mendapat perlakuan istimewa dari Adri.
Aku sendiri tak tahu bagaimana perasaan Adri padaku. Kadang aku bertanya-tanya, apakah ia tak tahu jika perlakuannya selama ini sudah membuatku berharap
lebih. Apakah ia tak menyadari jika perasaanku padanya bertambah kuat setiap
harinya. Sampai-sampai aku memohon pada Tuhan, izinkan tangan ini selalu menggenggamku, jangan pernah pisahkan
kami.
Aku suka kamu, Adri.. Namun kata-kata itu hanya tertahan dalam
hati.
Kami hampir sampai di bawah. Jalan
makin licin terkena cipratan air terjun. Adri mempererat genggamannya dan memintaku
untuk mempercepat langkah. Tergesa aku menyamakan langkahku dengannya. Sialnya,
nafasku tiba-tiba sesak. Aku merasa tubuhku semakin limbung. Selanjutnya semua
menjadi gelap dan hanya nama Adri yang dapat kuteriakkan.
***
Ia masih menggenggam tanganku. Matanya
lembut menatapku penuh kasih sayang. Tak ada yang berubah sejak sepuluh tahun
berlalu.
Kami selamat dari kecelakaan di Tawangmangu waktu itu. Tak ada yang terluka. Tuhan mengabulkan permohonanku.
Adri selalu menggenggam tanganku,
melindungi dan berada di sisiku hingga cincin melingkar di kedua jari manis
kami.
"Aku sayang kamu, Adri..”
.. dan kata-kata itu kini tak lagi tertahan dalam hati.
Waaa, ff-nya sweet be ge te.. Kalau semua dokter seperti kak ayu, pasti cowok-cowok pada betah.. *muiz komen apaan sih?* #keplak
ReplyDeletehahaha..
ReplyDeletelagi pengen bikin yang sweet2 muiz..
*ikutanngeplak* :D
So sweet. Adri baik banget, Yu
ReplyDelete