Museum Kota Makassar - Makassar, South Sulawesi |
“Selamat Pagi…”
Sapaan riang di pagi hari inilah yang selalu kutunggu-tunggu.
Aku sampai rela bangun pagi untuk mempersiapkan diriku agar tampil cantik di
depannya. Saat Ia melewatiku kuberikan senyum terbaik dan termanisku padanya.
“Kamu selalu tampak cantik ya..” Ia membalas senyumanku lalu
membelai rambutku yang seketika membuat pipiku bersemu merah jambu.
Fardi namanya. Aku menyukainya sejak pertama kali bertemu
dengannya di Museum ini. Yang kutahu, Ia menggantikan ayahnya yang sudah tua
untuk merawat Museum ini. Di antara yang lainnya, Ia tampak begitu mempesona
buatku. Ia sangat rajin dan ulet. Selalu datang paling pagi, tidak pernah mengeluh
meski terkadang Ia harus sendirian membersihkan koleksi-koleksi museum yang jumlahnya
ratusan ini sendirian saat teman-temannya kumat malasnya.
Aku selalu menemaninya. Ia sering menceritakan apa saja
padaku. Tentang keluarganya, cita-citanya, makanan kesukaannya bahkan ia juga
sering melontarkan lelucon yang membuatku tak tahan untuk tidak tertawa. Ia sungguh
berbeda dengan lelaki-lelaki yang kukenal selama ini. Bersamanya membuatku
nyaman dan aku ingin selalu bersamanya.
Aku tak mengerti, apakah ini namanya cinta?.
“Hai..”
Astaga, tanpa sadar ternyata ia yang kupikirkan sedari tadi
telah berdiri di hadapanku. Wajahku kembali terasa panas.
“Hari ini aku akan memperkenal seseorang padamu. Aku sering
menceritakan tentangmu padanya dan dia ingin sekali bertemu denganmu. Aku harap
kamu juga menyukainya ya..” kata Fardi lagi-lagi sembari mengusap lembut
rambutku.
Aku hanya memandangnya penuh tanya. Hatiku berdebar penuh
rasa penasaran.
Suara bel pintu terdengar. Spontan Fardi langsung menoleh ke
arah sumber suara. Saat itu juga raut wajahnya tampak berbeda ketika melihat
sosok di ambang pintu tersebut. Wajah yang tak pernah ia perlihatkan padaku
sebelumnya. Fardi segera menyongsong kedatangan wanita itu.
Aku mendesah kesal melihatnya. Wanita itu tak sebanding
denganku. Jelas aku lebih cantik dan menarik dibandingnya. Dia manis dan
sederhana. Rambutnya digelung dengan anak rambut terurai di sisi telinganya. Walaupun
begitu Fardi terlihat memperlakukan ia begitu istimewa.
Wanita itu tersenyum saat melihatku.
“Jadi ini ya yang sering kamu ceritakan itu Far?” Ia
mendekat untuk melihat sosokku lebih jelas. Wajahnya terlihat sumringah.
“Gimana, kamu terkesan kan? Ini salah satu favoritku. Ia
selalu mendengar cerita-ceritaku.” Kata Fardi. Wanita itu mengangguk-angguk.
Ah, dia membanggakanku di depan wanita ini. Tapi itu tetap
saja tidak menghilangkan rasa penasaran juga perasaan seperti terbakar dalam
hatiku. Apakah aku cemburu?. Lagi-lagi aku tak mengerti perasaanku sendiri.
“Ah, aku lupa mengenalkan kalian..” Fardi merangkul wanita
itu dan memandangnya mesra.
“Ini Fira, yang tadi ingin kukenalkan padamu Wilhelmina..
Dua hari lagi kami akan menikah..”
Fira membungkuk hormat padaku. “Senang sekali dapat berkenalan
dan bertemu dengan anda Ratu Wilhelmina.. Saya mengagumi sosok Anda sejak
mempelajari sejarah.”
Aku menatap Fardi dengan kecewa dan sedih.
Seandainya saja aku
bukan sebuah patung yang dipajang di Museum kota Makassar ini, pasti akulah yang memilikimu..
15HariNgeBlogFF2 day 13, Setting : Museum Kota Makassar
Info : Patung setengah dada Ratu Wilhelmina adalah salah satu koleksi di Museum kota Makassar
Gambar diambil dari sini
Info : Patung setengah dada Ratu Wilhelmina adalah salah satu koleksi di Museum kota Makassar
Gambar diambil dari sini
Ah, keren, Yu.
ReplyDeleteMakasih Tantri :)
ReplyDelete