Pages

Tuesday, June 26, 2012

LANGIT PUN TERSENYUM

Wakatobi - Southeast Sulawesi

Air laut yang jernih terlihat beriak-riak kecil tertiup angin. Sementara itu rumput-rumput laut di dalamnya terlihat seolah menari-nari. Hamparan pasir putih dengan deretan pohon kelapa yang daunnya melambai-lambai di tepi pantai. Keindahan itulah yang tersaji di hadapan kami setibanya di Wakatobi ini. 

Aku menarik napas lega sembari meregangkan otot-ototku. Perjalanan 1 jam dari bandara Makassar cukup membuat badanku pegal. Aku tak bisa membayangkan seandainya naik kapal yang katanya memakan waktu kira-kira 10 jam. Bisa rontok badanku sebelum sampai di Wakatobi ini.

“Kita sudah sampai nih?”
Suara lembut di sampingku menyadarkanku. Astaga, hampir saja aku lupa kalau aku ke sini bersama dia. Aku tersenyum lalu menuntunnya mendekat ke bibir pantai.

“Sudah dong.. Kamu bisa tebak ga kita ada dimana?”

Mata Fira, istriku, masih tertutup dengan kain hitam yang kupakaikan sejak di rumah beberapa jam yang lalu. Kubiarkan ia sepanjang jalan mengomel karena penasaran akan dibawa kemana olehku.

“Mmmm…” hidung Fira kembang kempis mencoba mengenali udara di sekelilingnya. Kakinya menjejakkan pasir tempat ia berpijak berkali-kali. Air laut membasahi ujung-ujung jari kakinya.

“Pantai ya.. tapi dimana..” 

Aku terkikik sementara Fira sibuk menerka-nerka.
Kutuntun ia sampai masuk ke permukaan laut. Fira bergidik begitu air laut menyentuh kulitnya.

“Ayo sayang, tenang aja ga bakal tenggelam kok.. Aku pegangin kamu..” kataku.

Kami terus melangkah sampai tinggal kepala kami saja yang muncul di permukaan laut.

“Nyerah aah.. Buka dong kain penutupnya…” Fira merajuk. Ia benar-benar penasaran.

Pelan-pelan aku melepas pegangan tanganku sampai aku yakin Fira benar-benar mengambang. Lalu perlahan kubuka kain yang menutup matanya. Fira langsung terbelalak melihat sekelilingnya.

“Ini… dimana..”

“Wakatobi. Kamu bilang ingin ke sini kan sayang..” 
Aku tersenyum penuh kemenangan. Aku selalu ingat saat masih pacaran dulu Fira sering menyebut Wakatobi sebagai tempat ke sekian yang harus dikunjunginya. Ia memang pecinta alam. Sayangnya aku baru sekarang ini dapat mewujudkan keinginannya.

Fira masih terpukau dengan pemandangan sekitarnya.

“Ini supaya kamu ga sedih lagi sayang.. Kamu harus ikhlasin kepergian bayi kita ya.. Semoga Tuhan akan menggantinya sekembalinya kita dari sini..” Aku mengedipkan mata.

Fira mencubit lenganku. “Makasih ya Mas.. Maaf kemarin-kemarin aku sedih dan merasa bersalah sekali. Tapi sekarang aku mau berusaha ikhlas..”

Mungkin salahku juga karena tidak memperingatkannya agar tidak bekerja terlalu keras, pikirku dalam hati.

“Yuk, sekarang kita berenang kembali ke pantai. Kita sewa perlengkapan selam dulu supaya bisa lihat terumbu karang.”

“Lihat lumba-lumba juga ya Mas..” pinta Fira. Aku mengangguk.

Fira tersenyum bahagia. Aku menatap langit cerah di atas kami. Kulihat langit pun tersenyum seolah ikut merayakan kembalinya senyum istriku tercinta.


No comments:

Post a Comment

Leave your comment please.. thank you ;)