Minuman yang kuteguk hampir saja tersembur lagi. Kutatap sosok lelaki yang duduk di hadapanku dengan tatapan tak percaya.
Apa? Putus? Yang benar saja..
"Apa? Abi ngomong apa? Putus?" ulangku.
Lelaki itu mengangguk sambil menunduk. Aku mendesah. Sejenak kami sama-sama diam. Dia, lelaki yang kupanggil Abi tadi tak sedikitpun memandangku. Abi adalah panggilan sayangku ke dia. Sedangkan dia balik memanggilku Bubun.
"Aku suka perempuan lain Bun.. Aku pikir hubungan kita sudah ga bisa lagi dipertahankan, jadi lebih baik..."
What? Dia menyukai perempuan lain?Kurasakan otakku seperti mendidih. Aku siap meledak.
"Jadi ini alasannya Abi jarang pulang ke sini? Ternyata udah punya yang baru di sana? Tega kamu, Bi.. Padahal aku di sini setia nungguin kamu!" semprotku emosi.
Kugebrak meja. Aku tak peduli tatapan heran dari pengunjung lain di coffee shop ini. Aku harus segera pergi, air mataku sudah tak bisa terbendung lagi.
"Bun.. tunggu dulu Bun.."
Dia mencegahku. Kutepis tangannya. Aku berlari keluar. Tapi dia bisa mengejarku, bahkan memelukku dari belakang.
"Kena deehh... April Mop Bun..." bisiknya pelan di telingaku.
Aku diam, kulepaskan pelukannya. Kutatap dia dengan kesal. Namun dia malah balas menatapku sambil tertawa geli.
"Aku bohong Bun.. Sekarang kan April Mop, tanggal 1 April.. Jadi aku mau ngerjain kamu..hahaha"
"Jahat kamu Bi.. Aku udah mau nangis tau.." kucubit lengannya. Dia tertawa-tawa sambil menghindari cubitanku.
"Aku sayang kamu Bi.. Jangan tinggalin aku.." Kupeluk dia erat-erat. Dia mengusap-usap rambut dan punggungku.
"Aku juga sayang kamu Bun.. Maaf ya udah ngerjain kamu.."
***
"Kamu putus sama Ferdi ya, Vi?" tanya Dea, sahabatku suatu hari sepulang kantor.
"Engga kok De.. Kenapa memangnya?" aku balik bertanya.
"Mmm.. gimana ya.. Eh tapi kamu jangan marah ya.."
Aku mengangguk penasaran.
"Aku lihat Ferdi jalan sama perempuan lain semalem. Di PVJ. Ferdi lagi pulang ke sini kan ya?"
"Iya De.. Tapi katanya semalem dia balik ke Jakarta. Aku ga bisa nganter ke travel, soalnya lembur kan."
"Vi, ga cuma sekali ini loh aku denger Ferdi jalan sama perempuan lain selain kamu. Beberapa hari yang lalu temen-temen kita yang lain juga pernah lihat.. Perempuannya ya sama kayak yang aku lihat semalem.. Ga cuma di sini, di Jakarta juga.." cerita Dea.
Aku diam mendengar penjelasan Dea. Sebenarnya aku juga sedikit curiga sama pacarku itu. Apalagi sejak kejadian April Mop beberapa hari yang lalu. Tapi dia sendiri bilang kalau itu cuma pura-pura.
"Vi, kok bengong sih.. Maaf ya, udah bikin kamu sedih.. Aku cuma menyampaikan apa yang aku tahu.." kata Dea.
"Gapapa De.. Aku malah terima kasih banget.. Nanti aku pastikan lagi ke Ferdi. Doain aja yang
terbaik buat kita ya.."
"Iya Vi.. Kalau ada apa-apa, telepon aku ya.."
Kami pun berpelukan.
***
PLAK!
Kulayangkan sebuah tamparan keras di pipi kiri Ferdi, Abi-ku. Beruntung, malam ini aku berhasil memergokinya saat sedang berduaan dengan perempuan seperti yang dimaksud Dea dan teman-temanku yang lain. Aku sampai mengambil cuti kantor untuk memata-matainya di Jakarta, tempat kerja Ferdi.
"Jadi April Mop waktu itu bener kan Bi?" Kutantang dia dengan marah.
"Maaf.. Bun.." Dia kehilangan kata-kata. Perempuan yang di sampingnya hanya memandangku ketakutan.
"Tiada maaf, Fer.. and now I'm not your Bun again. Kita putus! Dan ini bukan April Mop!!"
Kulayangkan lagi sebuah tamparan di pipi kanannya sebelum meninggalkannya.
#FFHore day 7
No comments:
Post a Comment
Leave your comment please.. thank you ;)