Pages

Sunday, April 8, 2012

APA DONG?



"Kamu kenapa sih? Aku perhatiin kok cemberut aja?"

Kupandangi wajah cantik yang ada di sampingku lekat-lekat. Ya, dia berbeda dari biasanya. Bibir indahnya tertekuk ke bawah sejak bertemu denganku hari ini.

Si cantik hanya menoleh sekilas padaku, mendengus, lalu kembali menatap rak buku di hadapannya. Matanya mencari-cari, entah apa. Jari-jari tangannya bergerak lincah menelusuri setiap judul buku.

"Hei.. kok aku dicuekin sih.." 



Setengah berlari, kuikuti langkahnya yang beralih ke rak buku sebelah. Mungkin karena suaraku cukup keras, beberapa orang berdehem keras seolah menyindirku.

"Ssttt.. jangan teriak-teriak gitu sih! Tuh kan jadi diliatin orang-orang. Udah tahu lagi di perpus!" 

Akhirnya si cantik mau bicara padaku. Mata indahnya memelototiku. Aku tertawa pelan.

"Maaf..maaf.. lagian kamu ga jawab pertanyaanku.." kupelankan volume suaraku.

Lagi-lagi dia hanya memandangku, lalu kembali membuang muka. Oke, dia pasti marah padaku. Tapi apa salahku?. Kuingat-ingat sepanjang perjalanan ke perpustakaan ini dia memang sudah mendiamkanku. 

"Mendingan kamu bantuin aku nyari buku.." 

Tanpa menoleh ia memerintahku mencarikan sebuah buku, menyebutkan judulnya, dan menunjuk ke rak lain. Aku hanya mengangguk patuh. Kalau sudah begini, lebih baik aku tidak membantah kata-katanya. Dia bisa lebih ngambek dari ini.

Tak mau repot, aku memanggil seorang petugas perpustakaan yang kebetulan lewat di depanku. Kusebutkan judul buku yang si cantik cari, kemudian petugas itu mengangguk dan memintaku menunggu sebentar.

Aku kembali mendekati si cantik. Kali ini dia telah duduk di meja bundar, membaca sebuah buku.

"Sudah ketemu bukunya?" tanyaku sambil duduk di sebelahnya.

"Udah.. nih lagi baca.." jawabnya cuek.

Ternyata dia mempermainkanku.

"Oke, cukup diem-diemannya.." 

Kuambil paksa buku itu dari tangannya. Dia mencoba merebutnya lagi, tapi aku lebih sigap. Kuletakkan buku itu jauh dari jangkauannya. 

Aku menatapnya tajam. Dia membuang muka. Kuambil tangannya dan kugenggam erat.

"Sayang.. kamu kenapa sih?"

Dia menggeleng.

"Marah sama aku?"

Dia mengendikkan bahunya. Oke, dia marah.

"Kenapa sih kamu marah?"

"Kok kamu ga nyadar sih?" dia balik bertanya padaku.

Aku terdiam. Kuputar kembali ingatanku sebelum aku bertemu dengannya hari ini.

"Aku telat jemput kamu?"

Dia menggeleng seraya menghela napas kesal. Kusebutkan hal-hal lain yang menurutku mungkin membuatnya kesal. Namun ia tetap menggeleng.

"Terus APA DONG??" Kunaikkan volume suaraku. Aku mulai kesal karena ia tak juga menjawab pertanyaanku.

Lagi-lagi pengunjung lain berdehem ke arah kami. Aku menoleh pada mereka sambil meminta maaf.

"Sini!!"

Kutarik dia ke sudut ruangan, di balik rak-rak buku-buku besar. Cukup sepi di sini jadi walaupun aku memaki-maki setidaknya tidak ada yang memandangku kesal.

"Nah, sekarang apa? Apa dong salahku sayang sampai kamu ngambek kayak gini?" kuulangi pertanyaanku dengan suara disabar-sabarkan.

Dia tidak menjawab pertanyaanku, alih-alih mengambil tangan kiriku, memandanginya sebentar, lalu menyodorkan ke arahku.

"Kenapa kamu ga pake cincinnya?"

Aku memandang tangan kiriku. Ya, jari manisku polos tidak ada sebuah benda bundar yang menghiasinya. Oke, jadi gara-gara cincin sampai-sampai ia begitu marah padaku.

"Pantesan dari tadi cewe-cewe pada ngeliatin kamu terus. Curi-curi pandang. Susah ya jagain suami cakep kayak kamu..." Dia mengomeliku.

Aku susah payah menahan tawaku. Ternyata dia cemburu. Ah, jadi ini rasanya dicemburui. Padahal bertahun-tahun kami pacaran dia tidak pernah mencemburuiku seperti ini. Dia malah membebaskanku. Mungkin ini yang dimaksud orang-orang kalau sudah menikah kita baru akan mengetahui watak sebenarnya pasangan kita.

"Ih, malah cengengesan.. Aku beneran marah tahu.." Dia masih menekuk mukanya. 

"Maaf sayang.. kamu kan tahu aku pelupa.. tapi aku ga pernah lupa kalau mencintai kamu.." 

Ada rona merah menghiasi pipinya. Bibirnya mulai sedikit melengkung ke atas membentuk senyuman.

"Nah.. kalau senyum gitu kan cantik.."

"Berarti selama ini ga cantik dong?"

"Cantik.. tapi kalau senyum lebih cantik lagi.."

Aku memeluknya.

"Sebenarnya aku punya kejutan.." Dia berbisik di telingaku.

Dia menatapku dengan pandangan berbinar-binar."Tebak apa?"

"Apa dong? Males ah tebak-tebakan mulu.." 

Aku pura-pura tak tertarik. Dia mencubit lenganku. Kuperhatikan dia mengelus-elus perutnya.

Ah, mungkinkah?

"Kamu..." 

Aku tak bisa berkata-kata. Bahagia. Kudekatkan wajahku ke arahnya. 

"Jangan di sini sayang.." 

Tak kuhiraukan kata-katanya.

Detik berikutnya bibir kami pun menyatu.


#FFHore day 8

No comments:

Post a Comment

Leave your comment please.. thank you ;)