Pages

Saturday, February 11, 2012

HOT CHOCOLATE

we.heart.it


Langit mulai gelap dan gerimis sudah mulai turun. Beberapa orang terlihat mulai sibuk, ada yang mengeluarkan payung kecil dari tasnya, mengeluarkan jas hujan, mencari-cari tempat berteduh, yang naik kendaraan pun segera menepi. Aku memperhatikan kegiatan mereka dari balik kaca coffee shop tempatku berada saat ini.


Bunyi bel tanda pintu dibuka mulai rajin terdengar. Hujan mulai turun dengan derasnya. Orang-orang sepertinya memilih untuk masuk dan memesan menu sembari menunggu hujan reda. Kulihat adikku dan beberapa pelayan mulai kewalahan melayani tamu yang datang bagai air mengalir itu. Aku tersenyum melihat mereka. Sejak coffee shop yang merupakan usaha keluargaku ini dipegang oleh adikku, jumlah tamu yang datang semakin meningkat. Dia memang pintar dalam mempromosikan sesuatu. Sebenarnya saat ini aku ingin sekali membantu tapi sayangnya tidak bisa. Jadilah aku hanya memantau kegiatan mereka sambil menikmati segelas hot chocolate dari tempat duduk favoritku ini.


Aku mengalihkan pandanganku kembali keluar jendela. Hujan makin lama makin deras. Tiba-tiba pandanganku tertuju pada seorang gadis yang berdiri di luar tanpa payung maupun jas hujan. Rambut dan bajunya dibiarkannya basah kuyup. Beberapa orang yang melintas menatapnya heran. Apa yang dipikirkannya, pikirku. Tiba-tiba gadis itu akan menyebrang jalan..

"HEI AWAS....." Dalam hitungan detik aku sudah di luar dan menarik tubuh gadis itu. Sebuah mobil melaju kencang. Hampir saja ia nyaris tertabrak.
Aku dan gadis itu jatuh terbaring di pinggir trotoar.


"Apa-apaan kamu!! Cari mati ya!" seruku padanya. Gadis itu tak menjawab, hanya menatapku. Wajahnya cantik.. dan dia.. ternyata sedang menangis. Kalau saja mata indahnya tidak memerah aku juga tidak menyadarinya. Air matanya bercampur dengan air hujan yang membasahi wajahnya.

Aku menghela napas. "Ayo masuk ke dalam. Kalo hujan-hujanan seperti ini kamu bisa sakit nanti.." ajakku sambil membantunya berdiri. Gadis itu menepis tanganku.


"Kenapa?Kenapa kamu menolongku?Biarkan saja aku mati tadi.. Toh untuk apa aku hidup. Tidak ada lagi yang mencintaiku. Aku sudah dicampakkan..."teriaknya.

Ternyata dia memang berniat untuk mati. Aku mendengus kesal.

"Memangnya kalau kamu mati dia akan mencintaimu lagi? Dasar bodoh!" Tak peduli kuangkat tubuh mungilnya lalu menggendongnya menuju tempat duduk di teras coffee shop. Gadis itu meronta-ronta.

"Apa-apaan sih ..."

"Duduk di sini. Jangan kemana-mana." aku memotong kata-katanya lalu bergegas masuk ke dalam. Dia merengut.

Beberapa saat kemudian, "Ini, pakai mantelku dan minum hot chocolate ini.." Gadis itu menerima gelas berisi hot chocolate dari tanganku. Lalu aku memakaikan mantel hangatku padanya. Dia menyeruput pelan-pelan hot chocolate itu. Aku memperhatikannya.

"Terima kasih.." kata gadis itu akhirnya. Dia menatapku. "Namaku Mary.." katanya memperkenalkan diri.

"Sama-sama..Oh ya aku Randy.." jawabku.

Kemudian tanpa kuminta Mary menceritakan peristiwa yang menimpanya hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Ternyata beberapa hari yang lalu kekasih yang sudah bersamanya selama lima tahun memutuskannya karena akan menikahi wanita lain. Pernikahannya berlangsung tadi pagi. Mary diam-diam datang dan melihat dari jauh. Ternyata pasangan mantan kekasihnya itu perutnya sudah membesar. Mary merasa dibohongi selama ini. Dia kecewa dan muak melihat pasangan pengantin itu, apalagi melihat mantan kekasihnya mengusap-usap perut mempelainya. Mary meninggalkan acara itu sambil menangis dan dia memutuskan untuk mati saja.
Selama dia bercerita aku hanya mengangguk-angguk, tersenyum, sambil membelai-belai rambut ikalnya. Kisahnya mengingatkanku pada seseorang.

"Sudahlah.. kalaupun kamu mati mereka juga tak akan peduli padamu.. Lebih baik kamu mempertahankan hidup dan melakukan hal-hal yang lebih baik dari sebelumnya..Jika hidup masih bisa diberi arti yang lebih spesial dan bermakna, mengapa harus diakhiri dengan cara melawan takdir?" kataku mencoba untuk bijaksana. Padahal dalam hati aku juga sakit mendengar kata-kataku ini.  

Seandainya saja aku juga bisa seperti itu..

Mary tersenyum. "Ya.. terima kasih Randy.. aku akan mencobanya walaupun masih terasa berat.."


Dia mengacungkan gelas hot chocolate-nya. "Terima kasih juga untuk ini.. Enak sekali.. Hatiku jadi terasa hangat.. pasti dirimu juga sehangat hot chocolate ini ya Randy.."


Aku memeluk Mary. Lama sekali. Kini bisa kucium wangi rambutnya yang masih basah karena hujan-hujanan tadi. Mary nampak terkejut karena kupeluk tiba-tiba seperti ini. Dia mengusap-usap punggungku. Kehangatan menyelimutiku. Ah Mary, sebenarnya kamulah yang telah menghangatkan hatiku yang membeku selama ini..  Seandainya saja kamu datang lebih cepat..
Kusudahi pelukanku. Kutatap wajah cantik Mary yang tersenyum. 

"Hujan sudah mulai reda.. sebaiknya aku pulang sekarang Randy.. sekali lagi terima kasih telah menyelamatkanku dan untuk.. hot chocolate ini.." Mary bersiap akan pergi.
Aku hanya mengangguk. 
"Besok aku akan ke sini lagi.. "janjinya sebelum pergi. Sempat ia mencium pipiku sekilas. Wajahku terasa panas.
Besok mungkin kita tidak bertemu lagi, Mary..

***
"Jadi... Randy sudah meninggal.. setahun yang lalu??" Mary terduduk lemas di sofa tempat duduk favoritku ketika ke coffee shop  keesokan harinya. 
Dia menatap hot chocolate yang selalu disajikan adikku setiap pagi untukku, meski aku sudah tiada sekalipun.

"Kemarin saya baru saja bertemu dengannya.. dia menyelamatkan saya ketika saya mau bunuh diri dengan tabrak lari di...situ.. Hei, kamu pasti melihatnya juga kan.. Kamu pasti juga ada di sini kemarin.." desak Mary pada Rayna, adikku. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.

Rayna tersenyum sedih.

"Setahun yang lalu kakak saya itu tertabrak mobil di sana.." Rayna menunjuk ke jalan tempat Mary kemarin nyaris tertabrak. "Dia melihat kekasihnya bersama pria lain saat ia sedang duduk di tempat anda sekarang ini.. Dia bermaksud untuk mengejar mereka.. tetapi.." Rayna tidak melanjutkan kata-katanya.

Seorang pelayan mengantarkan segelas hot chocolate  pesanan Mary. Rayna mengangguk permisi pada Mary karena harus melayani tamu yang lain.

Kini Mary tertegun menatap bergantian hot chocolate yang dipegangnya, sofa kosong dan segelas hot chocolate di ada hadapannya.


Harusnya kamu ada di sini menemaniku menikmati hot chocolate ini Randy.. Masih dapat kurasakan hangatmu saat memelukku.. sehangat hot chocolate ini.. Terima kasih telah menyelamatkan hidupku..

No comments:

Post a Comment

Leave your comment please.. thank you ;)