Pages

Monday, September 3, 2012

TEGA

Aku dan kamu duduk berdampingan malam itu. Tangan kirimu menggenggam erat tangan kananku sementara tangan kananmu menyeimbangkan stir livina abu-abu yang membawa kita melalui jalan ibukota yang sedikit tersendat. Tak ada pembicaraan saat itu. Hanya sesekali kubersenandung mengikuti alunan musik dari radio lalu kulirik kamu yang tersenyum di sampingku.

“Senyum-senyum aja dari tadi..” aku memecah keheningan.
Kamu tertawa. “Masa mau marah-marah sih..”

Lampu merah menghentikan laju mobilmu.
Sambil menunggu kamu menunjuk botol aqua yang ada di jok belakang dengan arah matamu. Aku mengerti maksudmu dan segera mengambilkannya.

“Lepasin dulu tangan aku, baru minum..”
“Ah iya..”

Dan genggaman tangan kita pun terlepas. Entah mengapa jantungku pun ikut berdegup hebat. Seolah tak rela rasanya melepaskannya.

“Makasih..” katamu sambil mengulurkan botol yang telah berkurang setengah isinya itu padaku.
“Kamu ga minum?”
Aku menggeleng.
“Nanti kebelet ya?” tebakmu sambil terbahak. Wajahku memerah malu. Tidak, bukan malu, tepatnya aku tersanjung ternyata ingatanmu sampai ke hal sekecil itu.

Akhirnya lampu hijau pun menyala. Lagi, tanganmu membawa tanganku turut serta mengubah posisi gigi. Bohong kalau bilang aku tidak senang. Dusta jika kukatakan aku tidak bahagia.

Tetapi aku juga merasa cemas. Aku tahu jika kamu bersikap manis seperti ini pasti ada apa-apanya. Seharian ini kamu memperlakukanku bagaikan putri raja. Aku senang, tentu saja. Siapa yang tidak senang bertemu seseorang yang begitu disayang setelah perdebatan tentang rindu yang tak tersampaikan?. Aku senang, sungguh. Tapi tidak seperti ini. Ada berjuta tanya tentangmu yang tersimpan di hati. Ingin rasanya kuutarakan namun … apakah ini saat yang tepat?.

Harapku, sebelum usai perjalanan ini kamu memberiku jawab tanpa kupinta.

“Aku.. ah, sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan Nay..”

Ternyata Tuhan mengabulkan doaku.

Aku tak langsung menjawabmu. Hanya saja dari caraku memandangmu kumau kautahu bahwa aku menunggu.
Lambungku segera memberi sensasi yang tak menyenangkan. Cepatlah, jangan buat aku makin penasaran.

“Aku.. selingkuh..” katamu perlahan seraya menepikan mobil di depan sebuah rumah makan.
Tentu saja bukan untuk mengajakku makan malam. Kamu pasti butuh konsentrasi untuk mengatur kata-kata.

Kemudian seperti ada yang menyambar pendengaranku saat itu dan hanya kata "apa" yang terucap dari bibirku. Padahal aku tak ingin kamu mengulanginya. Karena kata-katamu itu sekejap memberiku luka.

“Sudah hampir tiga bulan ini aku mencintai seseorang selain kamu.. Selama kita tidak bertemu.. Maaf.. Tentu saja aku masih mencintaimu Nay.. Tapi aku harus memilih.. dan Nay, maafkan aku, aku ga bisa ninggalin dia..” terbata-bata kamu menjelaskan.

Lama aku terdiam. Tidak berusaha mencelamu. Aku malah mercerna kembali setiap katamu.
Selingkuh. Cinta orang lain. Tiga bulan. Masih cinta aku. Ga bisa ninggalin. Dia.
Jadi sekarang ada 'dia' di antara aku dan kamu.
Ah, mungkin inilah jawaban resahku. Resah selama jarak memisahkan kita. Lalu, sekarang aku harus bagaimana?. Aku sungguh tidak siap dengan kejutan ini.

“Kamu ga papa, Nay?” tanganmu menyentuh bahuku dan tanpa sadar aku menepisnya.

Hanya lelaki bodoh yang mengira wanitanya baik-baik saja setelah mendengar lelaki yang begitu dicintainya tega menduakannya. 

Nafasku sesak. Wajahku memanas. Aku marah, sudah jelas. Sedih, apalagi. Bagaimana mungkin kebersamaan tiga tahun terkalahkan hanya dalam hitungan bulan. Kuusap genangan di sudut mataku. Jangan menangis di sini, kumemohon pada mataku.

Di tengah rasa rinduku yang menggebu
Kau bersama dia
Di saat-saat ku menunggu dirimu
Kau bersama dia

“Aku.. turun di sini aja..” Akhirnya bibirku berucap. Aku pun bersiap membuka pengunci pintu mobil.
“Nggak.” Dengan sigap kamu mencegahku. Terlalu kuat, aku tak sanggup melawanmu.
“Aku mau lihat kamu sampai rumah dengan baik-baik saja.” Kamu pun kembali menyalakan mesin.
Aku mengangkat bahu. Pasrah.

“Masih banyak yang mau aku omongin sama kamu Nay..”

Tuhan.. penjelasan apalagi yang mau dia katakan. Toh semuanya hanya akan membuatku semakin berdarah. 

Kau bunuh hatiku
Saat ku bernafas untukmu

Selanjutnya tak kudengar lagi apapun ceritamu sepanjang jalan itu. Kututup hati dan telingaku. Sampai akhirnya kulepas kamu di depan pintu rumahku.

“Jadi, kita udah ga ada apa-apa lagi ya Ndre.. Makasih.. untuk hari ini..” kataku sambil bergegas menutup pagar.
Aku tak sanggup melihat wajahmu lagi. Jika aku melihatmu lagi, akan makin berat untuk menyudahi segalanya.
Namun kembali kamu menahanku. “Nay, sampai sekarang aku masih cinta kamu.. Maafin aku..”

Bila kau cinta aku
Mengapa kau tipu diriku
Tuk bersama dia

Aku tersenyum. Pahit. Lalu pintuku pun tertutup di depan matamu. 



Picture taken by me


-ditulis untuk #30HariLagukuBercerita dan #17tahunglenn dari lagu Tega

1 comment:

  1. sungguh aq masih mencintaimu tapi ada cinta yang menungguku

    ReplyDelete

Leave your comment please.. thank you ;)