Lengkuas Island - Belitong |
Hari sudah pagi namun matahari belum sepenuhnya menampakkan
diri. Angin laut berhembus perlahan membelai kulitku. Tubuhku menggigil. Salahku sudah
berada di tepi pantai pagi-pagi buta begini tanpa terlebih dulu mengganti
pakaian tidurku yang tipis. Kuhempaskan tubuhku di hamparan pasir putih ini.
Kupeluk lututku erat untuk membuat tubuhku sedikit hangat, namun sepertinya
sia-sia. Dinginnya udara subuh sudah merasuk sampai ke tulangku.
Di hadapanku terbentang lautan biru sejauh mata memandang.
Warnanya masih biru gelap karena belum terbias sinar mentari. Sahutan burung
layang-layang sayup-sayup terdengar. Sungguh
damai sekali rasanya.
Kubaringkan tubuhku di hamparan pasir putih. Kutatap
langit yang masih bertabur sedikit bintang. Ah, bintang. Aku tersenyum sambil
memejamkan mataku.
“Buatku kamu itu seperti bintang.” katamu.
Aku tergelak. “Namaku kan memang bintang.”
“Nah, berarti perumpamaanku benar dong. Buatku kamu itu bintang. Karena
telah memberi setitik cahaya dalam gelapnya malamku.”
“Gombal.” Kucubit pelan lenganmu.
Kamu menarikku dan menyandarkan kepalaku di bahumu.
“Ga gombal kok. Memang begitu adanya. Ga percaya ya?”
Pertanyaan skeptis.
Kamu pasti sudah tahu jawabanku.
“Percaya..”
Kucium kilat ujung bibirmu, lalu segera bangkit dari
dudukku. Wajahmu merona sesaat lalu kamu menahan tanganku.
“Mau kemana sih sayang?"
kamu menciumi jemariku.
“Ke mercusuar di sana yuk.. Kita kan belum jalan-jalan
mengelilingi pulau ini.”
Aku pun berlari kecil menjauhimu.
Melemparkan butiran-butiran pasir ke arahmu sambil tertawa-tawa. Kamu mengejarku, menangkapku, lalu menceburkanku ke laut. Aku pun menarikmu agar ikut menyeburkan diri bersamaku.
Kami menyatu dalam birunya lautan, bergelung dengan riak-riak
ombak kecil yang
akhirnya menghempaskan kami kembali ke pantai.
Dengan tubuh basah kuyup kami berkejaran sampai ke mercusuar di ujung pulau. Seharian itu kami habiskan dengan mengitari pulau yang menjadi salah satu
objek wisata terkenal di kabupaten Belitung ini. Pulau kecil yang indah laksana surga. Surga kecil untuk cinta kami.
Aku tersentak saat air laut yang dingin mengenai ujung kakiku. Menyadarkanku dari lamunan indahku. Kubuka mataku perlahan. Ufuk di langit timur mulai tampak. Cahaya pagi berwarna kuning keemasan. Cahayanya menyilaukan. Aku menyipitkan mata.
Pagi yang sama seperti waktu itu. Hanya saja saat itu masih ada kamu di sisiku.
Tiba-tiba wajahku terasa panas. Kuusap sudut mataku yang mengembunkan air mata. Dadaku sesak. Masih ada rasa
sakit tertahan di situ.
Rasa sakit menahan rindu sepeninggalmu.
Kecelakaan menimpa kapal yang
membawa kami dari pulau ini untuk kembali ke ibukota.
Aku berhasil selamat namun tubuhmu hanyut
bersama ombak dan tak ditemukan. Aku hampir saja
gila karena tak siap menerima kepergianmu yang begitu cepat.
Hari ini, setahun setelah kepergianmu. Aku kembali ke
sini—ke surga kecil kita dahulu.
Mengenang saat-saat indah waktu itu.
Aku bangkit berdiri. Membersihkan diriku dari butiran pasir
yang menempel di kulitku. Kugenggam sebagian, meremasnya, lalu meniupnya.
Debu-debu pasir itu beterbangan.
Seperti hatiku yang
hancur karena kehilanganmu.
Aku tanpamu, butiran debu..*)
*)penggalan lirik dari lagu Butiran Debu - Rumor
the big girl don't cry, don't cry, don't cry
ReplyDelete*nyanyi*
:D
emosinya diaduk-aduk. di tengah-tengah ceritanya manis, bikin senyam-senyum, eeeeeh, endingnya bikin merengut sedih.
ReplyDeletegood job mbak! ;)
butiran debu... aihh. Sweet. wait, tampilan baru dan backsong baru? Haha nice!
ReplyDeleteMakasih semuanya ;)
ReplyDeleteBety : Iya nih lagi labil milih2 template ;p
Sedih banget, Ayu.
ReplyDelete